Page 18 - Pola Sugesti Erickson
P. 18
Milton Erickson: Pola Sugesti dan Strategi Terapi
bahwa seorang hipnotis bisa membuat orang lain jadi robot yang bisa disetel-setel sesuka
hati. Atau, setidaknya, hipnosis bisa menjadikan seseorang tampak seperti kerbau dungu.
Jika benar demikian, alangkah berbahayanya hipnosis. Dan, sebaliknya, alangkah
menyenangkannya ia bagi orang yang menguasainya.
Sayangnya hipnosis tidak seperti itu. Memang setiap hipnotis panggung, disadari
atau tidak, sering menampilkan kesan seperti itu, yakni bahwa ia bisa menghipnotis orang
dan menjadikan orang itu patuh pada “apa pun” yang dikehendakinya. Tentu saja hipnotis
panggung harus melakukan itu demi menjadikan hiburannya menarik ditonton. Kalau
tidak demikian, tontonannya tentu akan menjadi hal paling menggelikan di muka bumi.
Tetapi, lepas dari urusan hibur-menghibur dan kesan yang dimunculkan, saya pun
sangat mengagumi para hipnotis panggung. Sekalipun banyak yang mengatakan bahwa
seorang hipnotis panggung selalu memilih orang-orang yang mudah dihipnotis untuk
dijadikan subjek, bagaimanapun mereka menguasai cara cepat untuk menidurkan orang.
Ini saya kira penting sekali ketika kita merasa perlu menggunakan hipnosis dalam
keadaan darurat.
Soal hipnosis panggung ini, ada juga beberapa buku yang saya baca, tetapi saya tak
pernah bisa membayangkan diri saya akan melakukan pertunjukkan panggung semacam
itu. Mungkin saya akan pingsan duluan di atas panggung sebelum saya coba-coba
melakukannya. Dan karena sejak awal saya keranjingan pada nama Milton Erickson,
maka strategi-strategi terapetik oleh dialah yang lebih menantang hasrat saya
mempelajari hipnosis.
Kepada kawan saya, saya menceritakan beberapa hal yang saya lakukan untuk
membuat orang lain trance dan perasaan nikmat yang didapatkan oleh orang yang
memasuki kondisi trance. Saya perhatikan ia tertarik. Akhirnya, ia mengajukan
pertanyaan: “Kalau saya, apakah bisa dihipnotis?”
Yah, anda tahu, konon murid datang ketika guru sudah siap. Dalam hal ini subjek
datang ketika operator siap. Ini kesempatan saya untuk memainkan jurus pada orang luar
yang bukan penghuni kandang. Dan dia teman saya sendiri, teman dekat yang sama-sama
orang Jawa; dan kami selalu mengobrol dalam bahasa Jawa.
18