Page 144 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 144
berani menentang pusat ialah Sumatera Barat yang dipelopori oleh Letkol
Akhmad Husein, Komandan Resimen setempat. Tindakan Husein diikuti oleh
Kol. Simbolon yang mendirikan Dewan Gajah pada tanggal 22 Desember 1956
di Medan. Simbolon menyatakan bahwa hubungan Medan-Jakarta diputuskan
sampai dibentuk kabinet baru dibawah pimpinan pribad-pribadi yang jujur dan
mempunyai jiwa pengabdian yang tinggi. 42
Perkembangan bulan Maret 1957 ternyata tidak juga menguntungkan
pusat. Pergolakan daerah meluas ke Sulawesi. Pada tanggal 2 Maret 1957
berdirilah Dewan Perjuangan Semesta (PERMESTA) dibawah pimpinan Letkol.
Sumual, Panglima Divisi Indonesia Timur yang menggantikan Warouw. Dewan
ini memperjuangkan dilaksanakannya Piagam Perjuangan Semesta yang
menuntut dilaksanakannya Repelita dan pembagian pendapatan daerah secara
adil. Menyadari ketidakmampuannya Kabinet Ali pada tanggal 14 Maret 1957
mengembalikan mandat kepada Presiden, yang kemudian menyatakan seluruh
Indonedia dalam keadaan SOB (darurat). Meski kekecawaan terhadap Kabinet Ali
meluas, tetapi harga-harga pada masa ini tidak begitu mengalami kegoncangan.
Ini disebabkan oleh impor surplus hasil bumi dari AS. 43
7) Kabinet Djuanda (Kabinet Karya) (9 April 1957-10 Juli 1959)
Pada April 1957, Presiden Soekarno mengumumkan pembentukkan
Kabinet karya yang dipimpin Ir. Djuanda Kartawidjaja. Oleh karena Djuanda
adalah politisi yang tidak berafiliasi dengan suatu partai, kabinetnya menjadi
sangat bergantung pada Soekarno. Pada tanggal 9 April 1957 dilantiklah kabinet
44
yang diberi nama Kabinet Karya juga disebut Kabinet Ekstra Parlementer karena
tidak berdasarkan komposisi perimbangan kekuatan partai dalam parlemen.
Kebanyakan anggota kabinet terdiri dari orang-orang ahli yang meskipun
sebagian anggota partai tetapi pengangkatannya tidak terikat oleh atau melalui
partai. Banyak orang menganggap tindakan Presiden itu inkonstitusional (tidak
menurut UUD). Adapun program kerja Kabinet Karya ini sebagai berikut.
45
42 Moedjanto, Op. cit. hh. 98-99
43 Ibid. hh. 99-101
44 Oktorino, et.al. Op.cit. h. 235.
45 Roziq Hasan, et.al, Sejarah Nasional Indonesia dan Dunia, (Surabaya: Edumedia, 1991). h. 164.
Sejarah Nasional Indonesia VI 140