Page 143 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 143

Dengan  selesainya pemilihan  umum, tugas  Kabinet Burhanuddin  pun
            dianggap  selesai  dan  perlu  dibentuk kabinet baru  yang akan  bertanggung
            jawab  pada  parlemen yang baru.  Selain  itu  mutasi  dilakukan  dibeberapa
            kementerian, misalnya di Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Luar Negeri,

            dan Kementerian Perekonomian. Hal-hal tersebut diatas merupakan salah satu
            faktor  adanya  desakan  agar  PM  mengembalikan  mandatnya.  Pada  tanggal  3
            Maret 1956 Burhanuddin Harahap mengembalikan mandatnya.
                                                                          39
                  Pada 2 Maret 1956  sehari sebelum kabinet mengembalikan mandat,

            ditandatanganilah bantuan kredit pangan dari AS oleh Menlu Anak Agung dan
            dubes AS. Bantuan ini bernilai $ 96.700.000 dan akan diserahkan dalam 2 tahun.
            Sepuluh hari kemudian Menlu Duller datang untuk menyampaikan undangan
            dari Presiden Eisenhower agar Presiden Soekarno berkunjung ke AS. Kabinet

            Burhanuddin  adalah  kabinet terakhir yang pembentukannya didasarkan atas
            imbangan kekuatan parlemen sementara.    40


                  6)   Kabinet Ali Sastroamijoyo II (Maret 1956-Maret 1957)

                  Tak lama setelah  Kabinet Burhanuddin  jatuh, Presiden  Soekarno pada
            tanggal 8 Maret 1956 menunjuk kembali Ali Sastroamojoyo sebagai formatur
            untuk membentuk kabinet baru. Kabinet ini merupakan kabinet koalisi dimana
            ke-3 partai besar yaitu PNI, Masyumi, dan NU memegang peranan disamping

            beberapa partai kecil lainnya. Penggumuman resmi terbentuknya kabinet
            dengan susunan yang lengkap diumumkan pada tanggal 20 Maret 1955.     41
                  Kabinet Ali II menemui banyak hal yang sangat mengurangi kewibawaanya
            terutama yang bersumber  pada  korupsi dan  berbagai penyelewengan.

            Ketidaksanggupan  kabinet  dalam  menjalankan  politik  yang  memuaskan  bagi
            daerah-daerah  terbukti  dengan  timbulnya  perebutan  kekuasaan  di  daerah-
            daerah oleh  pihak  militer,  terutama di  Sumatra dan  Sulawesi. Menurut
            pandangan  mereka  (pihak-pihak  yang  bergolak  di  daerah)  pusat  tidak  cakap

            memperhatikan daerah, tidak adil dalam pembagian pendapatan ekspor dan
            terlalu birokratis dalam menyelesaikan suatu urusan. Untuk mengatasi keadaan
            mereka menuntut dibentuknya Kabinet Sukarno-Hatta. Daerah pertama yang


            39   Ibid, h. 26
            40   Moedjanto, .Op.cit. h. 95
            41   Rudini, Op. cit. h. 26

                                                  Sejarah Nasional Indonesia VI            139
   138   139   140   141   142   143   144   145   146   147   148