Page 150 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 150
beberapa bulan sebelumnya, sebab di negara-negara federal kehendak
untuk bersatu sudah lama timbul. Resminya negara kesatuan yang baru
merupakan kelanjutan dari RIS yang mengalami perubahan Undang-
undang Dasar. Tetapi oleh kebanyak orang Indonesia negara kesatuan
57
baru itu merupakan kelanjutan Republik Proklamasi 17 Agustus 1945.
Persetujuan antara RIS dan RI untuk membentuk negara kesatuan
tercapai pada tanggal 19 Mei 1950. Setelah selama kurang lebih dua
bulan bekerja, panitia gabungan RIS-RI yang bertugas merancang
UUD Negara Kesatuan menyelesaikan tugasnya pada tanggal 20 Juli
1950. Kemudian setelah diadakan perubahan di masing-masing
DPR, rancangan UUD negara kesatuan diterima, baik oleh Senat dan
Parlemen RIS maupun oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Pada tanggal 15 Agustus 1950 Presiden Soekarno menandatangani
rancangan UUD tersebut.
58
UUD 1950 ini mengandung unsur-unsur dari UUD-RI maupun
dari UUD-RIS. Menurut UUD 1950 kekuasaan legislatif dipegang
oleh Presiden, kabinet dan DPR. Pemerintah mempunyai hak
untuk mengeluarkan Undang-Undang darurat atau peraturan
pemerintah, walaupun kemudian perlu juga disetujui oleh DPR
pada sidang berikutnya. Prsiden juga dapat mengeluarkan dekritnya
kalau diperlukan. Tetapi walaupun demikian, kabinet, baik secara
perseorangan, masih bertanggung jawab pada DPR. DPR mempunyai
hak untuk menjatuhkan kabinet seluruhnya atau memberhentikan
menteri-menterinya secara individual.
59
Perubahan-perubahan mendasar dalam pelaksanaan
ketatanegaraan menurut ketetapan UUDS 1950 dapat dilihat dari
uraian Program Persetujuan Pemerintah Republik Indonesia Serikat
dan Pemerintah Republik Indonesia tanggal 19 Mei 1950 yang berisi:
a) Pengahapusan Senat
b) DPRS terdiri dari atas gabungan DPR Republik Indonesia Serikat
dan Badan Pekerja KNIP. Tambahan anggota atas penunjukan
57 Rudini, et.al, Profil Propinsi Republik Indonesia , (Jakarta: Intermasa., 1992) h, 24
58 Ibid., hh. 24-25
59 Ibid., hh. 24-25
Sejarah Nasional Indonesia VI 146