Page 164 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 164

dari komando Mayor Djuhro untuk menangkap para menteri dan tokoh-tokoh
            partai di Jakarta. Namun percobaan ini juga gagal karena Djuhro tidak berhasil
            menggerakan  satuannya  sesuai  yang  dijanjikan.  Pada  akhir  bulan  November,
            Kolonel Lubis yang dianggap sebagai dalang di balik semua peristiwa ini, secara

            resmi dituduh  oleh  pemerintah  telah  melakukan  aksi  menuju  penggulingan
            pemerintah dan kerena itu dibebastugaskan.  92


                  c.   Mendorong Kemunculan Dekrit Ke Undang-Undang Dasar 1945

                  Setelah menemukan pembenaran dasar hukum keterlibatan militer  di
            parlemen, maka yang jadi tujuan Nasution berikutnya adalah menciptakan proses
            atau prakondisi bagi diakuinya kembali UUD 45. Ketika itu dewan membentuk
            Badan Pekerja Panitia Perumus Demokrasi Terpimpin dimana badan tersebut

            diharapkan  dapat menemukan  landasan  hukum bagi  keabsahan  sistem itu
            nantinya. Nasution yang melihat Soekarno masih ambivalen terhadap gagasan
            untuk kembali ke UUD 45, segera melakukan pendekatan terhadap Soekarno
            melalui dua anggota kabinet yang berasal dari TNI yaitu Kolonel Suprayogi dan

            Kolonel Nazir. 93
                  Pendekatan  itu  bagi  Nasution  menunjukkan  padanya,  bahwa  Soekarno
            tak  menyukai cara-cara  yang berkesan  memojokkan diri  Presiden. Langkah
            Nasution lainnya adalah merangkul para perwira senior TNI. Caranya, Nasution

            menggagas perlunya diselenggarakan Konferensi Panglima perang se-Indonesia
            dengan  tema  pematangan  sikap  politik  Angkatan  Darat  terhadap  Demokrasi
            Terpimpin dan UUD 45.  94
                  Kemudian  pada  tanggal  12  November  1958  dalam  kesempatan  ulang

            tahun pertama Akademi Militer Nasional di Magelang, Jawa Tengah, Nasution
            mengusulkan  supaya angkatan  darat Indonesia  mengambil  “jalan  tengah”  di
            antara  kedua  jalan  tersebut,  dalam  pengertian  bahwa  Angkatan  Darat  tidak
            akan  melibatkan  diri  dalam  urusan  politik  seperti  kudeta,  tetapi  juga  tidak

            akan setuju kalau hanya dijadikan penonton saja. Nasution mendesak supaya
            para  perwira  diberi  kesempatan  berpartisipasi  dalam  pemerintahan  sebagai
            perorangan dan di  izinkan untuk ikut serta dalam menentukan kebijakan,


            92   Ibid. h. 289
            93   Nasution. Op.Cit. h. 117
            94   Ibid. h.117

                                                  Sejarah Nasional Indonesia VI            160
   159   160   161   162   163   164   165   166   167   168   169