Page 160 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 160

rencana rasionalisasi dan profeional dari KSAD Nasution. sebelumnya, beberapa
            tuntutan telah dikirimkan Bambang Supeno dalam surat tertanggal 13 Juli 1952
            kepada pemerintah, presiden, parlemen, dan semua pejabat teras AD. Isinya
            antara lain menyatakan bahwa jiwa patriotisme revolusioner meluntur akibat

            rencana “perampingan” itu dimana  para pejabat AD  lebih  mengutamakan
            profesionalisme teknik kemiliteran dan menempatkan patriotisme sebagai hal
            yang sekunder. Pimpinan pusat AD juga tercemar, dengan adanya pemimpinan
            AD yang bermoral rendah. Juga kurangnya tunjangan ekonomi terhadap prajurit

            dan perwira, dan masih adanya program Nederlandsche Militaire Missie (NMM).
            Pendidikan model  Belanda itu  diragukan keberhasilannya untuk membentuk
            karakter perwira yang nasionalistik-revolusioner.2
                  Pada  tanggal  18  Juli  1952  KSAP  mengirim  surat  kepada  pemerintahan,

            mendesak agar peristiwa tersebut diselesaikan sesuai dengan prosuder militer.
            Karena  tindakan  Kolonel  Bambang  Superno  dianggap  melanggar  disiplin.
            Sementara  itu,  seksi-seksi  pertahanan  dari  parlemen  memberikan  perhatian
            yang serius terhadap masalah  ini.  Pembebasan tugas Kolonel  Bambang

            Supeno yang kemudian diajukan kepada Presiden ternyata ditolak.Selanjutnya
            atas  inisiatif  Kolonel  Djatikusumo  dengan  seizin  KSAP  diselenggarakan  rapat
            kolegial  kepada  tanggal  10  Oktober  yang  dihadari  oleh  para  panglima  serta
            para perwira menengah yang berada di Jakarta. Pada tanggal 15 Oktober para

            panglima diundang rapat lagi ke Staf Umum Angkatan Darat kerena DPR(S) akan
            menyatakan keputusannya pada tanggal 16 Oktober. Dalam DPR(S) sendiri ada
            tiga mosi yang mempermasalahkan Angkatan Perang, yaitu:
                  1.  Mosi  Burhanuddin  sebagai  mosi  tidak  percaya,  mosi  tidak  percaya

                      ketua  seksi  pertahanan  parlemen Zainul  Baharuddin  atas kebijakan
                      Menhan  Hamengkubuwono  IX  untuk  menyelesaikan  pertikaian
                      ditubuh AD. Mosi “Zainul Baharuddin” itu menurut agar segera dibuat
                      UU pertahanan Negara.

                  2.  Mosi Kasimo/Natsir yang menuntut peninjauan  kembali susunan
                      Kementerian Pertahanan  dan APRI.  Mosi  menuntut peninjauan
                      kembali pimpinan Angkatan Perang, yang berisi tiga Angkata perang,
                      serta melegalitaskan kedudukan hukumnya untuk meletakkan dasar-

                      dasar yang kokoh bagi Kementerian pertahanan dan Angkatan perang.


                                                  Sejarah Nasional Indonesia VI            156
   155   156   157   158   159   160   161   162   163   164   165