Page 157 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 157

melalui prosedur administrasi di Jakarta. Pemerintah pusat menamakan kegiatan
            para panglima tersebut sebagai “barter”. 77
                  Selain itu ada peristiwa politik yang menyebabkan kemerosotan ekonomi
            karena  politisasi  juga  menjadikan  ekonomi  sangat  peka  terhadap  pengaruh

            peristiwa  politik  yang  akibatnya  tidak  dapat  dikendalikan.  Khususnya,  dua
            peristiwa yang berlangsung pada tahun 1957 dan 1958 memperuncing krisis
            ekonomi konflik dengan negeri Belanda mengenai Irian Barat yang antara lain,
            berakibat dinasionalisasikannya perusahaan-perusahan  Belanda, termasuk

            perusahaan  KPM yang menguasai  pelayaran  antarpulau,  disusul  dengan
            pengusiran  semua  warga  negara  Belanda  dari  Indonesia.  Manifesto  politik
            Pemerintah  tanggal  1  November  1945  yang  menerima  hutang  bekas  Hindia-
            Belanda sebagai hutang Republik Indonesia mengakui hak-hak orang Belanda

            atas  milik  mereka.  Berarti  perlu  suatu  perundingan  tentang  pengambilalihan
            aset-aset Belanda selama Revolusi. 78
                  Ketika  IPKI  (Ikatan  Pembela  kemerdekaan  Indonesia)  didirikan  pada
            tanggal  20  Mei  1945,  telah  dikeluarkan  manifesto  politik  yang  menyatakan

            bahwa meskipun  kedaulatan  telah  tercapai  dengan  pengorbanan  darah  dan
            keringat rakyat, cita-cita untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur,
            sebagaimana  dijanjikan  dalam  pembukaan  UUD  1945,  belum  terwujud.
            Masalah lain diluar negeri berupa revolusi yang belum selesai karena Irian Barat

            masih dijajah oleh kekuasaan kolonial. Di dalam negeri pun revolusi juga belum
            selesai karena tatanan kelembagaan rezim kolonial  masih berlaku. Akibatnya
            revolusi yang semestinya harus dimulai kembali. Kebijakan pemerintah dinilai
            tidak mengubah semangat revolusioner menjadi program aksi konkret. Proses

            pengambilalihan  dimulai  pada  bulan  Desember  1957  dengan  didudukinya
            beberapa perusahaan Belanda oleh buruhnya, tetapi gerakan ini dengan cepat
            diambil alih oleh militer. Pengambilalihan ini pada dasarnya dimaksudkan untuk
            mengubah struktur perekonomian.   79

                  Keberangkatan beribu manajer, teknisi, dan tenaga ahli Belanda sangat
            menggangu kelancaran operasi ekonomi modern. Pengambilalihan perusahaan
            pelayaran KPM beberapa bulan sesudah kampanye Irian Barat mulai membawa


            77   Ibid., h 18
            78   Nasution, Op. cit. h 264
            79   Ibid., hh. 265-266

                                                  Sejarah Nasional Indonesia VI            153
   152   153   154   155   156   157   158   159   160   161   162