Page 162 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 162
Pada hakikatnya peristiwa 17 Oktober 1952 mempunyai faktor-fakor
penyebab pada masa-masa sebelumnya. Setelah perang kemerdekaan berakhir,
Indonesia menghadapi banyak persoalan, antara lain:
1. Keadaan politik yang labil dengan sistem demokrasi liberal model
Eropa Barat (khususnya Belanda);
2. Keadaan sosial-ekonomi yang semakin memburuk dan korupsi yang
semakin meluas;
3. Persoalan pembebasan Irian Barat yang tidak cepat selesai;
4. Kemerosotan intergritas dan kemampuan aparatur pemerintahan
akibat pertentangan antar dan intern partai-partai serta pergolakan
intern Angkatan perang.
Akibat peristiwa 17 Oktober ini Angkatan Darat mengalami perpecahan
yang memerlukan waktu beberap tahun untuk mengatasinya. 89
b. Masalah Intern Angkatan Udara
Peristiwa yang hampir serupa dengan di Angkatan Darat pada tanggal
27 Juni 1955 terjadi di Angkatan Udara. Di pangkalan Udara Cililitan (Halim
Perdanakusuma) pada tanggal 14 Desember 1955 terjadi keributan menjelang
dilantiknya Wakil Kepala Staf Angkatan Udara Komodor Muda Udara Hubertus
Suyono. Akibat peristiwa tersebut, dilakukan tindakan-tindakan penangkapan
terhadap para pelaku huru-hara. Latar belakang peristiwa Halim ini sebenernya
merupakan masalah intern Angkatan Udara yang timbul sejak tahun 1950. Pada
tanggal 28-29 Januari 1950 atas inisiatif Komodor dr. Hardjolukito diadakan
rapat guna membahas masalah-masalah yang dihadapi oleh Angkatan Udara.
Sementara itu, pada tanggal 2 Juli dan 12 Juli 1952 di Pangkalan Cililitan (Halim)
diselenggarakan rapat yang membahas masalah pendidikan dan penerbangan
yang dipimpin oleh Komodor Muda Suryono. Terjadinya rentetan rapat-rapat itu
menunjukkan bahwa di kalangan perwira AURI terdapat dua kelompok, sebagai
mendukung KSAU dan sebagian lagi menentang kebijakan KSAU.
Dalam menanggapi peristiwa intern AURI ini, pada bulan Januari 1956
Kabinet Ali Sastroamidjojo menyatakan mempertahankan Surjadarma sebagai
KSAU. Kepada Suyono dan rekan-rekannya yang tidak menyetujui kebijakan
89 Marwati Djoened, Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI, 2008, h. 338
Sejarah Nasional Indonesia VI 158