Page 161 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 161

Kedua,  segera  menghentikan  program  MMB  (Misi  Militer  Belanda).
                      Dan tiga, untuk tugas-tugas tersebut pemerintah membentuk suatu
                      panitia  Negara  yang  berasal  dari  anggota  DPR,  baik  yang  diangkat
                      presiden atas usul mengikat dari DPR, maupun anggota yang diangkat

                      presiden atas penunjukan pemerintah. Mosi itu diterima DPR dengan
                      91 suara dan 54 suara tidak setuju.
                  Kalangan militer menganggap sikap DPR(S) itu tidak wajar dan dirasakan
            sebagai  intervensi  langsung  dalam  soal  intern  TNI  AD.  Hal  tersebut  telah

            membangkitkan rasa tidak puas di kalangan tentara dan di kalangan masyarakat
            terhadap DPRS yang sebagai kelanjutan DPR RIS banyak di antara anggotanya
            adalah  orang-orang Federal  yang mewakili  daerah/Negara bagian  dalam  RIS,
            dan dipandang tidak mempunyai andil dalam perang kemerdekaan.     86

                  Pada  tanggal  17  Oktober  1952  terjadi  demonstrasi  menuntut
            dibubarkannya Parlemen. Para demonstran memasuki gedung DPR(S), merusak
            beberapa peralatan, dan  kemudian  bergerak ke Istana.  Mereka mendesak
            Presiden Soekarno agar membubarkan DPR(S) dan menggantinya dengan DPR

            baru. 3
                  Di hadapan pada demonstran Presiden Soekarno menolak membubarkan
            Parlemen  dan menyatakan bahwa ia bukan diktator. Masalah  ini  akan
            dibicarakannya dengan pemerintahan dan pemerintahan akan dimintanya

            untuk mempercepat pemilihan  umum.  Di  samping  itu,  Presiden  Soekarno
            juga menyatakan akan menyelidik dahulu keinginan rakyat luar di luar Jakarta.
            Peristiwa ini dikenal sebagai “Peristiwa 17 Oktober”, mempunyai latar belakang
            yang luas menyangkut persoalan-persoalan di dalam tubuh Angkatan Perang.   87

                  Peristiwa ini telah mempertajam pertengan-pertengan yang ada di dalam
            TNI Angkatan Darat. Di  beberapa daerah terjadi pengambilalihan  pimpinan
            Teritorium dari Panglima yang mendukung pernyataan pimpinan Angkatan Darat
            pada tanggal 17 Oktober 1952. Kolonel A.H. Nasution sebagai KSAD menyatakan

            bertanggung  jawab  atas  terjadinya  peristiwa  tersebut,  dan  mengajukan
            permohan berhenti kepada pemerintah.   88




            86   Poesponegoro dan Notosusanto, Op.Cit. hh. 338-339
            87   Sudharmono, Op.Cit. h. 69
            88   Ibid., h.69

                                                  Sejarah Nasional Indonesia VI            157
   156   157   158   159   160   161   162   163   164   165   166