Page 159 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 159

5         Keadaan militer indonesia



            a.     Konflik Dalam Tubuh Angkatan Perang

                  1)   Peristiwa 17 Oktober 1952
                  Setelah pengakuan  kedaulatan, pimpinan  Angkatan Perang khususnya
            kepala  Staf  Angkatan  Perang  (KSAP)  dan  Kepala  Staf  Angkatan  Darat  (KSAD)
            berusaha mengkonsolidasi dan memajukan TNI. Angkatan Perang akan menjadi

            suatu kekuatan sosial-politik yang kompak yang dapat mengimbangi kekuasaan
            partai-partai  politik  dan  golongan  politik  pada  umumnya.  Partai-partai
            menganggap usaha ini sebagai ancaman terhadap mereka.    84
                                            Sebagai  KSAD  (Kepala  Staf  Angkatan  Darat),

                                       Nasution menyadari munculnya rasa ketidakpuasan
                                       terhadap  kepemimpinannya dari  kalangan  perwira
                     reminder          tertentu di tubuh AD. Bahkan para perwira tersebut
               Setelah pengakuan       menempuh  cara-cara yang dinilai  melanggar
               kedaulatan, pimpinan    disiplin  militer  dan hirarki komando  yang berlaku
               Angkatan Perang
               khususnya kepala        di  tubuh  AD. Salah  seorang perwira itu  adalah
               Staf Angkatan Perang    Bambang Supeno.  Ia sering mengadakan audiensi
               (KSAP) dan Kepala       atau pertemuan  dengan  Presiden  Soekarno untuk
               Staf Angkatan Darat
               (KSAD) berusaha         membicarakan       berbagai     ketidaksetujuannya
               mengonosolidasi dan     terhadap kebijakan KSAD. Pada tanggal 14 Juli 1952,
               memajukan TNI.          terjadi pertemuan antara Presiden Soekarno dengan
                                       Menteri pertahanan (Menhan) Hamengkubuwono IX

                                       dan para pejabat militer. Dalam pertemuan tersebut
            Presiden mempertanyakan berbagai persoalan yang diajukan Bambang Supeno
            kepada Menhan Hamengkubuwono IX, KSAP Simatupang, dan segenap kepala
            staf, termasuk KASD Nasution. 85

                  Bambang Supeno rupanya bicara soal rasionalisasi. Dia menyebut bahwa
            dia  mewakili  banyak kalangan  prajurit,  perwira rendah  maupun  menengah,
            juga  mantan  laskar-laskar  rakyat  yang  terancam  akan  diberhentikan  karena


            84   Poesponegoro dan Notosusanto, Op.Cit, hh. 338-339
            85   Adnan Buyung Nasution, Jendral Tanpa Pasukan Politisi Tanpa Partai, (Jakarta:PDAT dan ESAI. 1998) hh.
            84-85

                                                  Sejarah Nasional Indonesia VI            155
   154   155   156   157   158   159   160   161   162   163   164