Page 268 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 268
sebagai alat untuk melakukan penindasan dalam kebudayaan.
3. Dalam pandangannya mengenai pengembangan kerjasama kebudayaan
diantara negara-negara Asia dan Afrika sama sekali bukanlah maksud
konferensi untuk mengecualikan atau menyaingi golongan bangsa-
bangsa dan peradaban serta kebudayaan lain. Sesuai dengan tradisi
toleransi dan Universalit negara-negara Asia dan Afrika, konferensi
berpendapat, bahwa kerjasama kebudayaan antar mereka haruslah
diperkembangkan dalam bentuk hubungan kerjasama sedunia yang
lebih luas. Berdampingan dengan pengembangan kerjasama kebudayaan
antara bangsa-bangsa Asia dan Afrika negara Asia dan Afrika berkehendak
pula mengembangkan hubungan kebudayaan mereka dengan negara
lain. Hal ini mereka anggap akan dapat memperkaya kebudayaan mereka
sendiri dan memberikan sumbangan bagi tercapainya perdamaian dunia
dan saling mengerti.
4. Masih banyak negara-negara di Asia-Afrika yang belum dapat
memperkembangkan kebudayaan dirinya dalam lapangan pendidikan,
ilmu pengetahuan dan teknik. Konferensi menganjurkan supaya negara-
negara di Asia-Afrika yang dalam hal ini telah lebih beruntung beberikan
fasilitas bagi masuknya mahasiswa-mahasiswa dan orang-orang yang
hendak mengikuti latihan dari negara-negara tersebut kedalam badan-
badan pendidikan mereka. Fasilitas semacan itu hendaknya diberikan
pula kepada penduduk bangsa asia-afrika yang dewasa ini dilanggar
haknya untuk mendapatkan kesempatan menerima pendidikan yang
lebih tinggi
5. Konferensi Asia-Afrika berpendapat, bahwa usaha-usaha memajukan
kerjasama kebudayaan antara negara-negara Asia-Afrika hendaknya
ditunjukan kepada:
a. Pendapat pengetahuan tentang negara-negara satu sama lain
b. Pertukaran kebudayaan
c. Pertukaran keterangan-keterangan
6. Konferensi Asia-Afrika berpendapat, bahwa dalam tingkatan sekarang
ini hasil hasil terbaik dalam kerjasama kebudayaan akan dapat diperoleh
dengan mengadakan perjanjian-perjanjian bilateral sesuai anjuran-
Sejarah Nasional Indonesia VI 264