Page 411 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 411

kaum petani adalah dengan menyusun sebuah handbook (buku pegangan) yang
            berisikan cara-cara mendekati dan menarik kaum petani di desa-desa yang juga
            diterbitkan sebagai buku pegangan kader-kader PKI yang berjudul “Kaum Tani
            Mengganjang  Setan-Setan  Desa”.  Di  dalam  buku  itu  disebutkan  kata “setan

            desa”  yang dimaksudkan sebagai  musuh  petani  yang harus  segera dihancur
            leburkan. Ada tujuh  “setan desa” terutama  dari kalangan kiai dan ulama
            desa yang oleh PKI mereka digambarkan sebagai tuan tanah jahat, tengkulak
            jahat, penghisap darah rakyat, penguasa jahat, bandit desa, tukang ijon, dan

            penghalang kemajuan rakyat di desa. 10

                   3        Pengaruh PKI dengan Partai


                            Politk di Indonesia


                  Republik Idonesia pada tahun 1948 di dalam usianya yang muda dihadapkan
            kepada dua  ancaman, menghadapi  agresi Belanda  yang ingin  menegakkan
            kekuasaannya kembali  dan menghadapi  ancaman PKI  yang ingin  merebut

            kekuasaan dari dalam, untuk kemudian menariknya ke suatu ideologis tertentu.
            Setelah Musso kembali ke Indonesia pada tanggal 3 Agustus 1948, pada tanggal
            18 Sepetember 1948, tiga tembakan pistol dengan resmi menandakan bahwa
            PKI  telah  meninggalkan  perjuangan  “parlementernya”, beralih  ke perebutan

            kekuasaan.  Namun pemberontakan yang dilakukan PKI tidak berhasil dan pada
                       11
            tanggal 30 September 1948 Madiun kembali direbut dari tangan PKI.  12
                  Kegagalan pemberontakan PKI 1948 tidak menyebabkan pembubaran PKI.
            PKI kembali melakukan reorganisasi pada tahun 1950 di bawah kepemimpinan

            kaum muda yang terlibat dalam perjuangan kemerdekaan yaitu D.N Aidit, Njoto
            dan Sudisman. Ketiga tokoh ini mengakhiri “garis Dimitrov” atau Stalinisme yang
            diwarisi oleh Musso dan menggantikannya pada strategi yang lebih merakyat. PKI
            juga hadir dalam peranannya di dalam sistem politik, yang terlihat pada pemilu

            1955.  Pada  pemilu  1955,  PKI  menempati  posisi  keempat  dengan  perolehan
            16% dari keseluruhan suara.PKI memperoleh 39 kursi yang diperebutkan dan
            80 kursi di Dewan Konstituante. Kegemilangan strategi pemilu PKI 1955 tidak


            10   Ibid., h. 474
            11   Ibid. hh. 143-144
            12   Ibid. h. 194

                                                  Sejarah Nasional Indonesia VI            407
   406   407   408   409   410   411   412   413   414   415   416