Page 414 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 414
berbagai usaha yang dilakukan oleh TNI-AD ini otomatis membuat PKI merasa
tersaingi.
Kemudian pada tahun 1965 TNI-AD berhasil menyusun konsep
perjuangannya “Tri Ubaya Sakti”. Konsep ini dikuatkan pada seminar Angkatan
Darat II dan dengan doktrin ini yang membuat ABRI semakin berperan dalam
politik. Taktik PKI dalam mempersiapkan massanya untuk merebut pimpinan
pemerintahan dari eselon yang tinggi sampai ke desa-desa, yaitu dengan cara
16
penyusup ke badan TNI-ABRI dan melontarkan fitnah-fitnah dan menuduh TNI-
AD akan melakukan coup d’etat atau kudeta terhadap pemerintahan saat itu
dan TNI-AD akan membentuk Dewan Militer.
17
a. Penyusupan ke TNI-ABRI
Dalam upaya menguasai TNI-ABRI, PKI melakukan upaya penyusupan
kedalam tubuh TNI-ABRI. Akan tetapi, teryata bagi PKI untuk menyusup ke
tubuh TNI-ABRI melalui keempat angkatan AD, AL, AU dan Angkatan Kepolisian
sangatlah sulit menembus TNI-AD, khususnya membina para perwira tinggi,
dan menjalankan asas komunis di tubuh militer. Dari segi lain, penyusupan itu
bertujuan untuk memecah belah TNI dalam menjalankan tugas utamanya yaitu
sebagai kekuatan pertahanan dan keamanan Negara Republik Indonesia, dan
juga sebagai kekuatan politik yang merupakan lawan komunis yang paling susah
untuk diruntuhkan.
Perwira AD yang bisa dipengaruhi oleh PKI hanya Brigjen Soepardjo,
Mayjen Reksosamudro, dan Brigjen Sabur yang pada saat itu memang dekat
dengan Presiden Soekarno yang memiliki pandangan “maju” atau memiliki
pandangan progresif revolusioner. Sedangkan para Jendral pimpinan TNI-AD
seperti Menhakam Kasab Jendral AH Nasution, Manpanged Letjen Ahmad Yani
dan kawan-kawannya, cukup sulit untuk diintervensi, dan dipengaruhi oleh
paham PKI.
Pandangan maju atau yang dimaksud progresif revolusioner, adalah istilah
yang dibuat PKI terhadap sejumlah perwira TNI yang bisa menerima pandangan
Marxisme-Leninisme. PKI menganggap TNI-AL dan Angkatan Kepolisian bisa
dinetralisir, sedangkan TNI-AU melalui Menpaugaunya Laksda Omar Dhani
16 Muhammad Rusli Karim, Peranan ABRI dalam Politik, (Jakarta: C.V Haji Masagung, 1989). hh. 30-33.
17 Poerwantana. Op.Cit. h. 68
Sejarah Nasional Indonesia VI 410