Page 419 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 419
Setelah persiapan-persiapan terakhir menjelang kudeta dibicarakan
dalam rapat-rapat rahasia oleh tokok-tokoh pelaksana utama dibawah pimpinan
Sjam, ditetapkan bahwa gerakan akan dimulai pada hari kamis malam tanggal
30 September 1965. Sesuai dengan keputusan terakhir rapat di rumah Sjam,
gerakan 30 September. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan sebutan G-30-S
atau Gestapu/PKI, Soekarno memberikan nama “Gestok” atau gerakan satu
Oktober dikarena gerakan ini dilaksanakan pada dini hari tanggal satu Oktober.
29
Gerakan 30 September adalah peristiwa pertarungan kepentingan golongan
antara kekuatan politik pembela kepentingan kolonialisme/imperialisme dengan
kepentingan kekuatan politik nasionalisme. Gerakan 30 September adalah satu
30
kejadian tragis dalam sejarah Indonesia yang sangat kabur. Fakta dan rekayasa
bercampur aduk menjadi satu. Faktanya, sekelompok perwira menengah
Angkatan Darat dan Angkatan Udara berkolaborasi melakukan aksi penculikan
dan pembunuhan.
Peristiwa yang terjadi pada malam hari tanggal 30 September 1965, yang
bergerak pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965. Secara fisik gerakan ini dipimpin
31
oleh Latnan Kolonel Untung, komandan Batalion I Resimen Cakrabirawa selaku
pimpinan formal seluruh gerakan. Mereka mulai bergerak pada dini hari tanggal 1
Oktober 1965, didahului dengan gerakan penculikan dan pembunuhan terhadap
enam perwira tinggi dan seorang perwira pertama Angkatan Darat. Kesemuanya
dibawa ke desa Lubang Buaya. Mereka dianiaya dan akhirnya dibunuh oleh
anggota-anggota Pemuda Rakyat, Gerwani, dan lain-lain organisasi satelit PKI.
Semua jenazah dimasukan kedalam sumur tua lalu ditimbun dengan sampah
dan tanah. Keenam perwira tinggi yang dibunuh tersebut adalah:
32
1. Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf
Komando Operasi Tertinggi)
2. Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang
Administrasi)
3. Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD
bidang Perencanaan dan Pembinaan)
29 Ibid. h. 483
30 Tan Swie Ling, G30S 1965,Perang dingin & kehancuran Nasionalisme, (Jakarta: Komunitas Bambu,
2010).h. 230
31 Asvi WarmanAdam, Membongkar Manipulasi Sejarah, Kontroversi Pelaku dan Peristiwa, (Jakarta:
Kompas Media Nusantara, 2009). h. 139
32 Poesponegoro dan Notosoesanto. Op.Cit. hh.483-484
Sejarah Nasional Indonesia VI 415