Page 100 - Nanda Amalia - Hukum Perikatan
P. 100
3. Salah satu pihak yang ber-akad meninggal dunia.
Kondisi ini menjadi sebab berakhirnya perjanjian untuk berbuat
sesuatu. Sedangkan dalam hal perjanjian untuk melakukan sesuatu,
seperti perjanjian utang, hal ini biasanya tidak menjadi sebab
berakhirnya perjanjian karena masih terdapat pihak lain yang dapat
memenuhi kewajiban tersebut, misal ahli waris yang akan
membayarkan hutangnya.
E. Macam-macam Perjanjian dalam Islam.
Dalam Islam mengenal banyak macam perjanjian, dalam sub bab ini akan
dibahas secara singkat beberapa jenis perjanjian dalam Islam yang sering
dilakukan oleh masyarakat, yaitu perjanjian jual beli dan pinjam meminjam.
1. Perjanjian Jual Beli
Jual beli menurut syari’at adalah pertukaran harta atas dasar kerelaan
masing-masing pihak, atau juga yang disebut dengan memindahkan hak
milik dengan ganti yang dapat dibenarkan, yaitu berupa alat tukar yang
sah.
Dasar hukum jual beli terdapat dalam QS. Annisa Ayat 29 “Hai orang-
orang yang beriman janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan (jual beli) yang
berlaku dengan suka sama suka di antara kamu”. Selain itu, dalam QS.
Al-Baqarah ayat 257 dinyatakan bahwa “Allah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba”.
Rukun ataupun unsur mutlak yang harus dipenuhi dalam sesuatu hal
dalam jual beli adalah a) adanya pihak penjual dan pihak pembeli, b)
adanya uang dan benda, dan c) adanya lafal. Sedangkan syarat (unsur
yang harus ada untuk sesuatu hal dan tindakan) dalam jual beli adalah :
a) Menyangkut subjek nya, yang harus memenuhi syarat : berakal,
dengan kehendaknya sendiri (tidak dipaksa), keduanya tidak
mubazir, serta baligh (sudah dewasa).
b) Menyangkut objeknya, yang terhadap objek tersebut harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut: barangnya bersih,
barangnya dapat dimanfaatkan, barang tersebut milik dari orang
yang melakukan akad, mampu menyerahkannya (barangnya harus
78

