Page 104 - Nanda Amalia - Hukum Perikatan
P. 104

kepada seorang lain atau dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan
              suatu hal”. Pendapat lain disampaikan oleh Yahya Harahap (1982: 3), dan
              tampaknya  pemahaman  yang  disampaikan  jauh  lebih  mendekati
              pemahaman  umum  terhadap  keberadaan  kontrak  atau  perjanjian
              selengkapnya,  menurut  beliau  “Perjanjian  adalah  suatu  hubungan  hukum
              kekayaan antara dua orang atau lebih, yang memberikan kekuatan hak pada
              suatu  pihak  untuk  memperoleh  prestasi  dan  sekaligus  mewajibkan  pada
              pihak lain untuk melaksanakan prestasi”.

              Berdasarkan  makna-makna  tersebut  di  atas  maka  dapat  juga  dipahami,
              bahwa inti dari dilaksanakannya perjanjian yang akan melahirkan perikatan
              di antara para pihak yang membuatnya adalah adanya pemenuhan prestasi
              (Lihat lebih lanjut ketentuan Pasal 1234 KUH Perdata dan Bab Kedua Buku
              ini).

          B.  Hukum Kontrak Nasional dan Internasional.
              Hukum kontrak yang berlaku di Indonesia, keberadaannya tidak lepas dari
              sejarah  perkembangan  hukum  kontrak  maupun  hukum  perikatan  dan
              hukum  perdata  di  Indonesia.  Berdasarkan  asas  konkordansi,  maka
              keberadaan  hukum  perdata  barat  yang  ditinggalkan  oleh  Pemerintahan
              Belanda masih diberlakukan di Indonesia sebagai negara jajahan, tentunya
              dengan menyesuaikan pada kondisi di Indonesia, melalui berbagai kegiatan
              pembaharuan hukum Indonesia yang telah dicanangkan sejak PELITA kedua
              sebagai  bagian  dari  amanat  pelaksanaan  Garis-garis  Besar  Haluan  Negara.
              Namun  demikian  upaya  untuk  melakukan  kodifikasi  serta  unifikasi  hukum
              sebagai implementasi dari konsep wawasan nusantara terus dilakukan oleh
              Pemerintah  Indonesia.  Sejauh  ini,  kodifikasi  hukum  acara  pidana  yang
              menggantikan ”Het Herziene Inlands Reglement” telah selesai dilaksanakan
              dan proses kodifikasi Hukum Pidana Nasional masih dalam proses.
              Terhadap  kodifikasi  hukum  perdata  sendiri,  tampaknya  belum  maksimal,
              namun  demikian  berbagai  simposium  telah  dilangsungkan  oleh  para  ahli
              hukum  Indonesia  dalam  rangka  mempersiapkan  unifikasi  dan  kodifikasi
              hukum  Indonesia.  Sejauh  ini,  kesulitan  timbul  dalam  proses  kodifikasi
              disebabkan oleh beraneka macamnya kehidupan hukum di bidang perdata
              yang berlaku di Indonesia. Setelah sebelumnya berlaku hukum perdata yang
              berbeda-beda  bagi  golongan  etnis  yang  berlainan  dan  berlakunya  hukum
              Islam  serta  hukum  adat  yang  berbeda-beda  pula  bagi  golongan  pribumi
              sejak masa perang penjajahan.
                                                                          82
   99   100   101   102   103   104   105   106   107   108   109