Page 31 - Nanda Amalia - Hukum Perikatan
P. 31

H.  Force Majeure & Akibat Hukumnya.
              Force Majeure merupakan keadaan dimana seorang debitur terhalang untuk
              melaksanakan  prestasinya  karena  keadaan/peristiwa  yang  tidak  terduga
              pada  saat  dibuatnya  kontrak.  Keadaan/peristiwa  tersebut  tidak  dapat
              dipertanggungjawabkan kepada debitur, sementara si debitur tersebut tidak
              dalam  keadaan  beritikad  buruk.  Peristiwa  tersebut  terjadinya  juga  tidak
              telah  diasumsikan  terlebih  dahulu  kemungkinannya  (seandainya  telah
              diasumsikan  kemungkinannya,  maka  para  pihak  harusnya  telah
              menegoisiasikannya di dalam kontrak). Contoh peristiwa yang menyebabkan
              force majeure adalah terjadinya air bah, banjir badang, meletusnya gunung
              merapi, gempa bumi, mogok massal serta munculnya peraturan baru yang
              melarang pelaksanaan prestasi dari kontrak tersebut.

              Pasal  1244  &  1245  KUH  Perdata  mengatur  masalah  force  majeure  dalam
              hubungannya  dengan  penggantian  biaya  rugi  dan  bunga  saja;  namun
              demikian  ketentuan  ini  juga  dapat  dipergunakan  sebagai  pedoman  dalam
              mengartikan force majeure secara umum.

              Berdasarkan Pasal tersebut di atas, Force Majeure dapat terjadi disebabkan:
              1.  karena sebab-sebab yang tidak terduga;
              2.  karena keadaan memaksa;
              3.  karena perbuatan tersebut dilarang.

              Apabila  force majeure terjadi terhadap suatu kontrak, sehingga salah satu
              atau  kedua  belah  pihak  terhalang  untuk  melaksanakan  prestasinya,  maka
              para pihak dibebaskan untuk melaksanakan prestasi dan tidak ada satu (1)
              pihak  pun  yang  dapat  meminta  ganti  rugi  karena  tidak  dilaksanakannya
              kontrak bersangkutan.

              Force majeure menurut Munir Fuady (2002: 17-21) dapat dibedakanatas:
              1.  Force majeure yang objektif, terjadi terhadap benda yang menjadi objek
                 dari  kontrak  tersebut,  misal  benda  tersebut  terbakar  atau  terbawa
                 banjir badang.
              2.  Force majeure yang subjektif, terjadi terhadap subjek dari perikatan itu.
                 Misalnya jika si debitur cacat seumur hidup, atau sakit berat sehingga
                 tidak mungkin lagi memenuhi prestasi.
              3.  Force  majeure  yang  absolute,  yaitu  keadaan  dimana  prestasi  oleh
                 debitur tidak mungkin sama sekali dapat dipenuhi untuk dilaksanakan
                                                                           9
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36