Page 66 - Cara Menjadi Pengusaha
P. 66

kita. Dan, tentu sudah siap kita santap. Jangan lupa, setelah kita selesai makan, kita mesti
                   bayar lagi nasi dan minuman yang kita pesan tadi, serta cookingfee-nya.

                          Ada sebab, mengapa banyak tamu yang tertarik pada restoran ini? Menurut saya,
                   karena  restoran  ini  tidak  hanya  menjual  makanan,  tapi  juga  menjual  atmosfer.

                   Manajemen restoran ini mampu berkomunikasi dengan baik terhadap setiap tamu yang
                   datang. Sehingga, menjadikan restoran ini memiliki citra tersendiri.
                          Tamu  yang  banyak  datang  di  Restoran  Club  The  Fish  Market  ini,  seolah  tak

                   mempedulikan  harganya.  Bagi  mereka  yang  terpenting,  berada  di  restoran  itu  seperti
                   sedang  rekreasi.  Saya  sempat  merenungkan  apa  yang  saya  lihat  ini.  Apakah  tidak
                   mungkin model restoran seperti ini berdiri Yogyakarta?

                          Saya yakin, jika restoran semacam itu  muncul di kota pariwisata tersebut, tentu
                   sangat tepat dan menarik. Hal itu mengingat Yogyakarta memiliki banyak potensi laut,
                   dengan berbagai jenis ikan dari Laut Selatan. Sehingga, tak mustahil hal ini bisa menjadi

                   peluang bisnis yang menarik bagi kita semua. Siapa mau mencoba?



                   NO TIPPING, NO BAKPIA
                          Bisnis  kita  akan  lebih  baik,  kalau  kita  mau  menaruh  kepentingan  konsumen  di

                   tempat pertama, dan menaruh kepentingan kita di tempat kedua.
                          Soal  tipping  atau  memberikan  tips  di  hotel  tentu  bukan  hal  baru  lagi .  Telah

                   membudaya. Apalagi, bila kita sebagai tamu hotel, pasti akan tahu dan harus tahu bahwa
                   memberi tips itu wajib. Kalau tidak, maka bell boy yang semula ramah mengantar kita
                   membawakan barang ke kamar hotel, akan tetap berdiri di pintu kamar. Apalagi, kalau

                   bukan menunggu tips dari kita. Setelah tips diberikan, dia baru pergi.
                          Barangkali, kejadian yang saya alami kali ini sebaliknya. Saat saya menginap di
                   Hotel Marcopolo, di Jalan Cik Ditiro, Jakarta Pusat, semua bell boy maupun karyawan

                   bagian  lainnya  menolak  tips.  Bahkan,  ketika  saya  bawa  oleh-oleh  kue  khas  Yogya,
                   Bakpia, juga ditolak halus. “Maaf Pak, kami tidak dapat menerima apapun dari tamu,”
                   ujar mereka. Manajemen hotel ini rupanya melarang tamunya memberi tips dalam bentuk

                   apapun. Bukan hanya no tipping, tapi juga no bakpia.
                          Hal itu semakin membuat saya merasa enjoy bila menginap disana. Bahkan, saat

                   ada  keperluan  bisnis  yang  harus  tinggal  lama  di  Jakarta,  saya  memilih  tinggal  di
                   Marcopolo tiga bulan lamanya. Sehingga, saya tidak sempat menghitung sudah berapa
   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70   71