Page 72 - Cara Menjadi Pengusaha
P. 72
Sebagai seorang entrepreneur, saya sendiri melihat sebenarnya begitu banyak
produk lokal yang bisa dikembangkan dengan sistem franchise. Menurut hasil
pemantauan Asosiasi Waralaba Indonesia, kini tak kurang dari 292 perusahaan lokal yang
menyelenggarakan waralaba.
Saya kira, upaya itu positif. Bahkan, saya punya keyakinan bahwa bisnis waralaba
merek lokal akan jauh lebih berkembang, karena sebenarnya begiru besar potensi merek
lokal. Misalnya di Yogya: Soto Pak Sholeh, Soto Kadipiro, Sate Samirono, Ayam Goreng
Ny. Suharti, Bakmi Mbah Mo, Bakmi Kadin, SGPC, dan Bakpia Patuk. Sebenarnya,
masih banyak produk merek lokal lain yang tidak harus berwujud makanan, yang
ternyata sangat memungkinkan juga untuk masuk ke bisnis waralaba.
Jika merek lokal tersebut masuk bisnis waralaba, maka tak mustahil, tak hanya
menjadi produk nasional, tapi juga produk global. Hanya saja, kita belum mencobanya.
Untuk membantu mengembangkan sistem ini, memang perlu ada semacam lembaga yang
mengembangkan atau menyiapkan sistem franchise mulai dari persiapan awal sampai
jadi. Kita bisa sebagai konsultannya atau lembaga yang mengantarkan franchise.
Ini sebenarnya merupakan peluang bisnis yang menarik kita kembangkan. Hanya
saja, hal itu perlu diikuti dengan membuat Standard Operating Procedure (SOP),
Guaranteed income level, Complete Training & Continued Support, dan lainnya yang
merupakan rangkaian dari proses franchise itu sendiri. Tentu saja, produk yang
diwaralabakan itu harus merupakan produk yang disukai atau dibutuhkan oleh pasar.
Cara mengembangkan bisnis dengan melibatkan nama besar sekaligus penularan trik-trik
dagang dalam memperoleh keuntungan itu, sekarang memang telah ada. Seperti
misalnya, merek lokal Es Teler 77, Mie Tek-Tek, dan Ayam Goreng Mbok Berek Ny.
Umi. Sementara, McDonald’s, Pizza Hut, Kentucky Fried Chicken (KFC), dan English
First yang merupakan waralaba asing justru telah mendahului dari pada merek lokal, dan
ternyata produk itu memikat pasar.
Bisnis franchise ini sebenarnya tak hanya menguntungkan pemilik merek saja,
tapi bagi yang menggunakan merek tersebut juga memetik untung cukup besar.
Walaupun, untuk membeli merek tersebut, dia mesti merogoh kocek yang tidak sedikit,
kendati tidak semahal fee franchise asing. Baik itu, untuk membayar fee franchise, sarana
pendukung plus pelatihan atau training bagi karyawan.
Saya yakin, dana yang dikeluarkan pembeli merek itu akan cepat kembali. Sebab
dalam sistem ini, semuanya telah ada hitungannya secara rasional. Oleh karena itulah,