Page 18 - Final Manuskrip Gedong Kirtya Jilid I
P. 18

keringnya menjadi merata. Setelah daun kering, kemudian dilakukan   masuk pada tahap selanjutnya. Fungsi penyimpanan ini adalah   lontar kemudian dijepit pada alat penjepit yang terbuat dari kayu   Blangko lontar selanjutnya siap digunakan untuk menulis teks dan
 pemotongan sesuai kebutuhan panjang bahan baku yang diinginkan.   mengeringkan daun dengan angin tanpa terkena sinar matahari.  (pamlagbag). Proses penjepitan ini menentukan lurus tidaknya   membuat gambar. Menuliskan teks di atas blangko lontar dimulai dari
 Pemotongan awal ini tidak dilakukan secara presisi karena akan ada   blangko lontar yang dihasilkan. Semakin lama proses penjepitan   kiri ke kanan, dan alat yang digunakan untuk menulis di atas blangko
 tahap pemotongan akhir akan merapikan potongan blangko lontar.   ini dilakukan, maka makin lurus blangko lontar yang dihasilkan.   lontar adalah pangrupak atau Pangutik. Kedua alat ini adalah alat
 4. MEREBUS             Idealnya proses penjepitan ini dilakukan selama 6 bulan, waku 6
 Selanjutnya dilakukan pelepasan lidi (ngesit). Melepaskan lidi                           yang umum digunakan di Bali, sementara untuk beberapa daerah lain
 pada daun lontar ini dilakukan dengan sangat hati-hati agar daun   Proses selanjutnya adalah perebusan daun lontar yang telah   bulan ini dianggap sudah cukup menghasilkan blangko yang lurus   yang memiliki tradisi lontar akan memiliki tipe alat dan nama yang
 tidak robek. Lidi dilepaskan dengan bantuan pisau, sebisa mungkin   dianginkan selama 3 bulan. Proses perebusan ini bertujuan untuk   dan mudah digunakan untuk menulis.   berbeda. Setelah aksara diguratkan di atas daun lontar, maka langkah
 bagian daun tidak banyak yang melekat pada lidi, sebab ini akan   menghilangkan zat hijau daun yang masih tersisa di daun lontar,   terakhir adalah menghitamkan aksara. Proses penghitaman aksara
 selain itu perebusan juga bertujuan untuk membuat daun lontar
 mempengaruhi kelebaran blangko lontar yang akan dihasilkan.   5. MEMBUAT POLA, MELUBANGI, DAN MERAPIKAN   menggunakan kemiri yang dibakar hingga menjadi arang. Arang
 menjadi lebih lentur. Proses perebusan ini menggunakan air yang
 telah dicampur dengan bahan-bahan alam serta beberapa rempah.   Daun lontar yang telah melalui proses penjepitan dan telah menjadi   kemiri ini diusapkan di atas blangko yang telah ditulisi, kemudian

 3. MERENDAM DALAM AIR TAWAR   Penggunaan bahan-bahan alam ini sebagai insektisida alami yang   lurus biasanya sudah disebut dengan blangko. Proses selanjutnya   dibersihan dengan menggunakan tisu atau kapas. Aksara yang telah
 menjaga daya tahan blangko lontar dari serangan binatang pengengat.   adalah membuat pola garis pada lontar. Pembuatan garis ini   tergurat akan menjadi hitam serta naskah akan sedikit berminyak,
 Daun lontar yang telah dilepaskan dari lidi selanjutnya direndam   Bahan-bahan alam yang umum digunakan sebagai campuran   sebab arang kemiri juga mengandung minyak.
 dalam air, dalam istilah Bali proses ini disebut ngekum. Pada   saat merebus daun lontar di antaranya adalah kulit pohon intaran   menggunakan tali yang telah diberi arang penghitam, namun
 masa lalu merendam daun lontar ini dilakukan di sungai atau di   (Azadarichta Indica L), umbi pohon gadung (Dioscorea Hispida L),   belakangan banyak juga pengrajin yang menggunakan penggaris.
 saluran air sekitar sawah, hal ini bertujuan untuk mendapatkan   batang kantawali, daun sambiroto, dan kulit pohon pulai (Alstonia   Pada blangko lontar, umumnya terdapat 4 garis. Garis ini digunakan
 air rendaman yang selalu mengalir. Namun belakangan proses   Scolaris R.B.R.). Semua bahan-bahan tersebut ditumbuk atau digiling   untuk mempermudahkan menulis teks serta menjadi penuntun penulis
 perendaman dilakukan di rumah produksi dengan menggunakan   harus menjadi bubuk.  untuk mengatur harak dan besar kecil aksara.
 bak penampungan air. Proses perendaman daun lontar dengan   Selanjutnya blangko lontar dilubangi dengan menggunakan sebuah
 menggunakan bak penampungan air semacam, air untuk merendam   Perebusan dilakukan menggunakan wadah yang cukup besar atau   alat pelubang yang disebut dengan Pirit. Lubang pada blangko
 harus rutin diganti, agar air yang digunakan merendam tetap bersih.   disesuaikan dengan jumlah daun lontar. Pada saat perebusan daun   lontar di Bali umumnya ada 3 buah, pada sisi kiri dan dan kanan
 Proses perendaman ini dilakukan selama kurang lebih tiga minggu   lontar harus terendam sepenuhnya, lalu bahan-bahan pengawet alami   serta di tengah-tengah. Besarnya lubang tergantung selera, tapi
 hingga air yang digunakan merendam tidak berbau atau bening. Pada   ditaburkan dengan merata. Merebus daun lontar ini dilakukan selama   pada umumnya berdiameter 3,5 mm. Lubang sebelah kiri dan kanan
 minggu pertama air diganti setiap hari sambil sedikit mengaduk-  kurang lebih 3 jam dengan kondisi api yang sedang dan stabil. Untuk   posisinya 2 cm dari tepi blangko lontar, dan lubang yang di tengah
 aduk. Air rendaman diminggu pertama ini biasanya berwama hijau   mempermudah mengetahui bahwa daun lontar telah matang, biasanya   tidak persis berada di tengah-tengah tapi posisinya agak ke kiri
 kekuningan, berbuih dan mengeluarkan bau masam. Pada hari-  saat awal merebus dimasukkan sebiji jagung, jika jagung telah
 hari berikutnya air rendaman diganti 2-3 hari sekali dan warnanya   mengembang maka proses perebusan sudah dianggap cukup. Selama   Daun lontar yang telah dipola dan diberi tiga lubang kemudian
 semakin jernih. Minggu kedua perendaman umumnya air sudah   proses perebusan, jumlah air dalam wadah terus ditambah agar daun   diserut bagian tepi-tepinya agar rata dan halus. Setelah sisinya rata,
 mulai jernih dan bau masam telah mulai berkurang.  lontar tetep dalam keadaan terendam sepenuhnya.   selanjutnya blangko lontar diamplas dengan amplas yang halus, atau
                        secara tradisional menggunakan daun bambu. Kemudian blangko
 Setelah proses perendaman ini daun lontar diangkat dan dicuci   Setelah daun lontar matang, maka dibiarkan dalam rendaman air   yang telah halus dapat diberi pewarna merah pada bagian tepi.
 dengan air bersih sambil menghilangkan kotoran-kotoran yang   rebusan ini hingga keesokan hari. Selanjutnya angkat daun lontar   Pewarnaan ini untuk melindungi blangko lontar dari hewan pengerat.
 tersisa. Daun lontar selanjutnya dijemur di tempat terbuka, dibeberkan   dibersihkan dari sisa-sisa bahan pengawet serta buih-buih saat
 perlembar, penjemuran ini dilakukan cukup sehari lalu disimpan   merebus. Daun lontar kemudian dijemur pada terik matahari sehari   Setelah semua proses pembuatan blangko lontar dilalui dengan baik,
 kembali. Penyimpanan ini berlangsung hingga 3 bulan sebelum   penuh, lalu disimpan untuk diangin-anginkan. Setelah cukup kering,   maka akan menghasilkan kualitas blangko lontar yang baik pula.



 6  KHAZANAH MANUSKRIP SEJARAH KOLEKSI GEDONG KIRTYA                                                            KHAZANAH MANUSKRIP SEJARAH KOLEKSI GEDONG KIRTYA          7
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23