Page 15 - Final Manuskrip Gedong Kirtya Jilid I
P. 15

Sinom, Pangkur, Dandanggula dan sebagainya, mempergunakan      pajang, sebelum siap dijadikan media tulis. Lontar yang sudah                                               PROSES PEMBUATAN BLANKO LONTAR                                    Daun Lontar Taluh ini ketika kering akan berwarna coklat seperti
                                        bahasa Kawi dan Bali.                                          diproses dan siap ditulisi di Bali umumnya dikenal sebagai blangko.                                         Material naskah lontar-lontar di Bali umum disebut dengan “blangko”   kulit telur. Sementara jenis Lontar Belulang dan Lontar Kedis umum
                                                                                                       Blangko lontar ini terdapat dua jenis, jenis pertama adalah lempir,                                                                                                           digunakan untuk membuat perlengkapan upacara, kerajinan anyaman,
                                     5.  Kelompok Babad, meliputi lontar-lontar yang berisi: (a)       yaitu blangko lontar tanpa lidi atau tulang daun. Jadi setiap satu                                          lontar, di atas blangko inilah kemudian teks-teks dituliskan. Proses   serta atap kandang hewan peliharaan seperti sapi.
                                        Pamancangah, Babad, Usana — kesusastraan yang berisi asal-     lembar daun lontar akan menghasilkan 2 lempir media tulis. Lempir                                           pembuatan blangko lontar ini membutuhkan proses yang sangat
                                        usul kekeluargaan dan silsilah; (b) Riwayat yang mengandung    ini adalah jenis media tulis yang dominan digunakan untuk menulis.                                          panjang sejak awal bahan baku dipetik hingga siap untuk digunakan   Daun lontar yang dipetik untuk dijadikan bahan baku adalah daun
                                        unsur sejarah seperti: Harsawijaya, Panji Wijayakrama, Rangga   Pada jenis lempir, penulisan teks dilakukan secara bolak-balik (recto-                                     sebagai media tulis. Prosesing blangko lontar yang baik dan dianggap   lontar yang tidak muda dan daun lontar yang tidak kering, daun yang
                                        Lawe (mula berdirinya kerajaan Majapahit), serta riwayat       verso) pada satu lembar blangko lontar. Jenis blangko kedua adalah                                          memenuhi standar pembuatan memberikan andil yang sangat besar     dipilih adalah daun yang menengah atau dalam istilah pengrajin
                                        runtuhnya kerajaan-kerajaan yang diubah dalam bentuk tembang   jenis embat-embatan, jenis ini adalah blangko yang lidi atau tulang                                         dalam menentukan usia maksimal sebuah naskah lontar. Kendatipun   disebut panyaja. Posisi daun lontar panyaja ini di tengah-tengah,
                                        seperti: Rusak Buleleng, Rereg Gianyar, Uwug Badung; (c)       daunnya tidak dilepaskan. Proses pengerjaan dari bahan awal pun                                             banyak faktor pula yang mempengaruhi usia naskah lontar tersebut   di antara daun lontar yang kuncup dan yang kering atau tua. Jenis
                                        Pengeling-eling — catatan-catatan lepas perseorangan, raja-raja,   tidak serumit jenis lempir. Embat-embatan ini sistem penulisannya                                       seperti suhu, kelembapan, cara penyimpanan, dan sebagainya. Di Bali   daun panyaja ini dipilih karena ketika dipetik dan didiamkan, daun
                                        pendeta, atau leluhur, yang berisi angka tahun dan peristiwa.                                                                                                              hingga saat ini masih terdapat pengrajin blangko lontar yang dengan   tidak mengkerut. Waktu petik daun lontar adalah ketika musim
                                                                                                       sedikit berbeda dengan jenis lempir, penulisan tidak dilakukan pada                                                                                                           panas, karena pada musim panas, kandungan air yang terdapat dalam
                                     6.  Kelompok Tantri, meliputi lontar-lontar yang berisi: (a) Ceritra-  setiap halaman media tulis, penulisan dilakukan secara bolak-balik                                     setia melakukan kegiatan produksinya. Para pengrajin ini memberi   daun jauh lebih sedikit jika dibandingkan jika pemetikan dilakukan
                                        ceritra dengan induknya berasal dari kesusastraan India Kuno   (recto-verso) pada bagian sisi luar blangko, jadi bagian sisi dalam                                         andil besar dalam pelestarian tradisi literasi tradisional di Bali. Proses   pada musim hujan. Musim petik daun dilakukan dua kali setahun,
                                        (berbahasa Sansekerta); (b) Tantri Kamandaka; (c) Satwa        tidak ditulisi.                                                                                             panjang pembuatan blangko lontar akan dijelaskan tahap demi tahap   yaitu antara bulan Maret-April dan bulan akhir Agustus sampai
                                        Pagantihan Bali (Folklore) — ceritra-ceritra rakyat dengan     Sebuah manuskrip umumnya terdiri dari beberapa lembar blangko                                               berdasarkan informasi yang diperoleh dari Ida I Dewa Gede Catra,   pertengahan bulan Oktober.
                                        pengaruh Tantri dan ataupun asli Bali.                                                                                                                                     salah seorang pengrajin lontar paling senior di Bali.
                                                                                                       lontar yang telah ditulisi, lalu digabung menjadi satu dengan sebuah                                                                                                          Proses pemetikan daun lontar dilakukan dengan memanjat langsung
                                     7.  Kelompok Lelampahan, meliputi lontar-lontar yang terdiri dari   tali pengikat. Pada jenis lempir, penggabungan dilakukan dengan                                                                                                             pohon lontar, dan memotong daun-daun yang dianggap sesuai
                                        lakon-lakon yang dipergunakan dalam pertunjukan pertunjukan    memberi tali pada bagian tengah lempir yang telah diberi lubang,                                            1. PEMILIHAN JENIS DAUN LONTAR                                    kebutuhan bahan baku. Karena pohon lontar yang digunakan
                                        gambuh, pementasan wayang, teater arja, dan lain sebagainya.   kemudian diikat menjadi satu di antara media jepit yang dikenal                                             Tahap paling awal dari pembuatan blangko lontar adalah pemilihan   daunnya relatif tinggi-tinggi, maka proses penurunan daun lontar
                                                                                                       dengan cakep. Media jepit atau cakep ini umumnya terbuat dari                                               jenis daun lontar. Di Bali terdapat dua wilayah yang kualitas
                                     Seluruh data pada buku ini adalah manuskrip-manuskrip yang        bambu yang dibelah atau kayu yang dibentuk sedemikian rupa                                                                                                                    yang telah dipetik menggunakan seutas tali. Hal ini dilakukan guna
                                     mengandung “teks sejarah” dalam kelompok 5 (V) pada koleksi       dengan panjang dan lebar disesuaikan dengan panjang dan lebar                                               daun lontarnya dianggap paling baik untuk dijadikan bahan baku    meminimalisir kerusakan atau robek pada daun lontar yang telah
                                     Gedong Kirtya. Identitas dan penomoran manuskrip dalam buku       manuskrip. Pada jenis embat-embatan, penggabungan masing-                                                   pembuatan blangko lontar, yaitu pohon lontar yang tumbuh di       dipilih.
                                     ini mengikuti alfabet judul dengan menyertakan nomor-nomor        masing bagian manuskrip dengan menggunakan tali pada ujungnya                                               wilayah Kabupaten Karangasem bagian timur dan wilayah Kabupaten
                                     yang sistematisasinya mengikuti penomoran kropak (kotak kayu)     yang telah diberi lubang.                                                                                   Jembrana bagian barat. Jenis-jenis lontar di Bali oleh masyarakat   2. PENGERINGAN, PEMOTONGAN, DAN
                                     penyimpanan sebagaimana terdapat di Gedong Kirtya.                                                                                                                            lokal dibedakan menjadi menjadi tiga, yaitu Lontar Taluh (telur),
                                                                                                       Manuskrip lontar di Bali umumnya disimpan dalam sebuah kotak                                                Lontar Belulang (kulit binatang), dan Lontar Kedis (burung).      MELEPASKAN LIDI
                                                                                                       kayu (kropak) untuk jenis lempir, sementara untuk jenis embat-                                              Setiap jenis lontar tersebut dibedakan berdasarkan ciri-ciri daun, di   Daun lontar yang telah dipilih dilepaskan dari pelapahnya kemudian
                                     MANUSKRIP LONTAR                                                  embatan disimpan dengan cara digantung. Pada masyarakat                                                     antaranya ketebalan daun, serat daun, panjang dan lebar daun, serta   dikeringkan, dengan cara dijemur di bawah terik sinar matahari
                                     Naskah atau manuskrip lontar adalah tradisi tulis yang ditemukan   tradisional pemilik manuskrip, umumnya mereka memiliki ruang                                               warna daun saat sudah kering. Lontar Taluh adalah jenis lontar yang   dengan membolak-balikkan seperlunya. Karena daun lontar cukup
                                     persebarannya di India dan Asia Tenggara. Di Indonesia banyak     khusus atau tempat khusus untuk menyimpan manuskrip ini. Tempat                                             paling banyak digunakan oleh para pengrajin sebagai bahan baku    tebal, maka proses penjemuran awal ini dilakukan selama kurang
                                     ditemukan di Jawa, Madura, Bali dan Lombok, dan kepulauan         khusus ini disebut dengan gedong, dan tidak sembarang orang dapat                                           pembuatan blangko lontar. Hal ini karena Lontar Taluh memiliki    lebih dua hari. Estimasi waktu ini bisa bertambah jika saat proses
                                     lainnya dalam jumlah terbatas. Manuskrip ini terbuat dari daun    mengakses manuskrip yang disimpan pada tempat penyimpanan                                                   ukuran daun yang paling ideal baik dari segi panjang maupun lebar,   penjemuran sinar matahari tidak terik secara maksimal. Saat
                                     Palmyra atau lontar (Borassus flambifer) dengan proses yang cukup   khusus ini.                                                                                               kemudian memiliki helai daun luwes, serta serat daun yang halus.   proses penjemuran juga dilakukan, daun lontar dibolak-balik agar



                  4                  KHAZANAH MANUSKRIP SEJARAH KOLEKSI GEDONG KIRTYA                                                                                                                                                                                                                      KHAZANAH MANUSKRIP SEJARAH KOLEKSI GEDONG KIRTYA          5
   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20