Page 206 - Final Manuskrip Gedong Kirtya Jilid I
P. 206

Tempat penyimpanan: kropakan, asal
                                                                                                                                                        Naskah: salinan dari naskah milik I
                                                                                                                                                        Goesti Poetoe Djlantik Anak Agoeng
                                                                                                                                                        negara Boeleleng, keadaan: baik,
 RINGKASAN ISI BABAD                                                                                                                                    ukuran: 50, 5 cm x 3,8 cm, ruang
 Babad ini menjelaskan keturunan Mpu Sura Wadana yang menurunkan   Kerajaan Gelgel kemudian berada di bawah pimpinan I Dewa Agung                       tulisan: 42,5 cm x 3,4 cm, tebal: 20
 Sri Aji Kresna Kapakisan yang datang ke wilayah Gelgel bersama putra-  Gede. Pada masa pemerintahan beliau terjadi perselisihan diantara putra-        lembar, jumlah halaman: 40 halaman
 putranya. Setelah Sri Aji Kresna Kepakisan wafat, pemerintahan kerajaan   putranya yang mengakibatkan terbunuhnya Kiyai Patih Jumpahi. Keadaan         (2 halaman kosong), jumlah baris per
 berada di bawah Dalem Smarajaya. Pada masa pemerintahan Dalem   Kerajaan Gelgel yang sedang tak kondusif mendapatkan serangan dari Kiyai               halaman: 1v sampai 19r 4 baris; 19v
 Smarajaya, pemberontakan terjadi dari dalam kerajaan yang dipimpin oleh   Nengah Sebetan dari Karangasem. Penyerangan ini dapat digagalkan, dan        2 baris, aksara: Bali, cara penulisan:
 Sri Agung Jambe. Dalem Smarajaya menjadi marah, dan memerintahkan   I Dewa Agung Gede pindah ke wilayah Desa Akah. I Dewa Agung Gede                   digurat dari kiri ke kanan, bahan: daun
 putra untuk memerintah di Mengwi, menggantikan Sri Agung Anom. Putra   menurunkan Sri Agung Sakti, Sri Agung Panji, Sri Agung Made serta Sri   30.     lontar, bahasa: Kawi, bentuk teks:
 Dalem Smarajaya yang bernama Cokorda Anom Rambang ditugaskan untuk   Agung Raka.                                                                       prosa, subjek: Babad, usia: 88 tahun.
 memerintah di wilayah Tegal Lalang. Setelah lama Cokorda Anom Rambang   Babad ini juga menceritakan pemerintahan Sri Agung Putra yang                  Keterangan lain: halaman 1r sisi
 di Tegal Lalang, pusat pemerintahan dipindahkan ke Ubud dengan gelar   menggantikan Sri Aji Smarajaya. Sri Agung Putra melakukan penyerangan   BABAD KSATRIYA VA/1/693  kanan berisi tulisan latin dari pensil:
 Dewa Gede Sukawati.                                                                                                                                    “Babad kṣatriya, toeroenan dari lontar
 ke Desa Pangi bersama bala tentara bersenjata lengkap. Pada penyerangan
 Pemberontakan Sri Agung Jambe tak kunjung padam, kemudian   itu Pedanda Wayan Kekeran wafat, jenasahnya dibawa serta dan                               kepoenjaan I Goesti Poetoe Djlantik
 membangun kerjasama dengan Karangasem. Sri Agung Jambe bersama   diupacarakan di Bungaya. Sira Agung Panji sebagai penguasa Desa Pangi                 Anak Agoeng negara Boeleleng
 Gusti Ketut Batu Lepang menyusun kekuatan baru untuk menyerang   tidak dapat melawan serangan itu dan melarikan diri ke Desa Tulikup                   ditoeroen oleh I Goesti Njoman Soebali
 Kerajaan Gelgel melalui Desa Manguntur. Pada penyerangan ini Kiyai   tempat adiknya bertahta. Adiknya itu bernama Dewa Agung Muter. Para               (Singaradja).”
 Nyoman Karangasem dapat tertangkap. Sri Agung Jambe mempunyai   putra Sri Agung Panji menyebar, ada yang tinggal di Desa Getakan, ada                  Pengarang/penyalin: I Goesti Njoman
 putra Dewa Agung Made dan Dewa Agung Rai, keduanya turut dalam   yang tinggal di Mengwi, dan ada juga yang kawin ke Desa Akah.                         Soebali.
 penyerangan ini dan Dewa Agung Rai wafat dalam penyerangan ini.
                                                                                                                                                        Kolofon: <19v>wus puput ikaŋ purwwa
                                                                                                                                                        tatwa bañcaṅaḥ, riŋ dinā, ra, pwa, wara
                                                                                                                                                        tambir, pūrṇnamaniŋ kārtika maśa,
                                                                                                                                                        raḥ, 3, tĕŋ, 5, °i śakā, 1853.
















 194  KHAZANAH MANUSKRIP SEJARAH KOLEKSI GEDONG KIRTYA                                                          KHAZANAH MANUSKRIP SEJARAH KOLEKSI GEDONG KIRTYA         195
   201   202   203   204   205   206   207   208   209   210   211