Page 27 - New Final HS Mutahar
P. 27

14 | Husein Mutahar dalam Lintasan Sejarah: Riwayat Sang Pandu Sejati


                 untuk memastikan apakah bendera pusaka itu memang asli. Hanya
                 Mutahar, satu-satunya orang yang tahu betul bentuk bendera pusaka,
                 karena dia yang membuka jahitan tangan Ibu Fatmawati. Mutahar pula
                 yang menyambungkan kembali bagian merah dan putih dengan mesin
                 jahit, dan ada kesalahan menjahit sekitar 2 cm di ujungnya.

                     Sejak itu, Suharto menempatkan bendera pusaka di Istana, dalam
                 sebuah kotak kayu berukir yang di dalamnya diberi potongan kayu
                 cendana sehingga berbau harum bila dibuka. Bendera pusaka yang sudah
                 usang itu selalu diperlihatkan kepada para anggota Paskibraka setiap
                 tanggal 16 Agustus, untuk membangkitkan semangat mereka sebelum
                 bertugas esok hari.



                 C. Bapak Pengerek Bendera Pusaka

                 Pada  tahun 1945,  Husein Mutahar  menjadi  Sekretaris  Panglima
                 Angkatan Laut, Laksamana Muda Mohammad Nazir, dengan pangkat
                 Kapten (Laut). Ketika pemerintah RI hijrah ke Yogyakarta, Mutahar
                 diajak menemui dan mendampingi Presiden Sukarno. Mutahar
                 “menyupiri”  Panglima  Angkatan  Laut  tersebut.  Ketika  sang  Panglima
                 tengah berbincang-bincang dengan Sukarno, Presiden RI pertama ini
                 mengenali Mutahar yang mengantarkan Sukarno kemana-mana saat
                 melakukan kunjungan ke Semarang, beberapa hari setelah peristiwa Lima
                 Hari di Semarang. Perjumpaannya kali ini dengan Mutahar, mendorong
                 Sukarno untuk menjadikannya sebagai salah satu ajudannya. Tanpa
                 berlama-lama, Sukarno kemudian meminta Mutahar kepada Nazir, untuk
                 menjadi ajudannya dan permintaannya tersebut disetujui Nazir. Setelah
                 resmi menjadi ajudan Presiden Sukarno, pada 1946, Mutahar kemudian
                 dinaikkan pangkatnya menjadi Mayor (Laut).
                     Beberapa hari menjelang Ulang Tahun kemerdekaan pertama, Mayor
                 (Laut) Husein Mutahar, sebagai salah satu  ajudan Presiden Sukarno,
                 ditugaskan untuk mempersiapkan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan
                 Indonesia, 17 Agustus 1946. Acara peringatan akan digelar di halaman
                 Istana Presiden Gedung Agung, Yogyakarta. Seberkas ilham berkelebat
                 di benak Mutahar, ketika ia sedang memikirkan untuk menyusun acara
                 istimewa  bagi rakyat Indonesia. Pesatuan dan Kesatuan bangsa wajib
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32