Page 26 - New Final HS Mutahar
P. 26
Inventarisasi Sumber Arsip Husein Mutahar: Pengabdian dan Karyanya | 13
ditemukan. Orang lain pasti akan berpikir sederhana untuk mengatasi
masalah itu. Bikin saja bendera pengganti, tidak ada orang yang tahu,
kalau yang dikibarkan adalah bendera “Baru”. Akan tetapi tidak demikian
halnya untuk ”seseorang” seperti Suharto. Keberadaan bendera pusaka tak
dapat digantikan dengan apapun. Orang akan menganggap ”tidak sah”
bila tahu awal masa kepemimpinannya dimulai tanpa bendera pusaka.
Akhirnya diperoleh keterangan bahwa bendera pusaka tersebut
masih berada di tangan Sukarno. Kesulitan lain muncul yaitu bagaimana
caranya mengambil bendera itu. Mutahar kemudian dipanggil ke Istana,
dengan tugas mengambil bendera pusaka tersebut dari tangan mantan
Presiden Republik Indonesia yang pertama. Lebih lanjut Mutahar
mengatakan bahwa hanya sedikit orang yang tahu bagaimana menghadapi
Sukarno pada saat-saat seperti itu. Mengenai hal ini Mutahar tahu betul
bagaimana sikap Sukarno. Ia kemudian menyampaikan pemikirannya
kepada Suharto agar mengirimkan keempat Panglima Angkatan untuk
meminta bendera itu.
Sukarno yang sudah ”diistirahatkan” di Bogor menjadi lembut
hatinya ketika didatangi Mutahar dan para pimpinan keempat angkatan.
Awalnya Bung karno nampak ragu-ragu akan tetapi beberapa saat
kemudian ia berkata dengan tenang: ”Baik, tanggal 16 Agustus kalian
datang lagi ke sini, lengkap dengan semua Panglima keempat Angkatan.
Saya akan lakukan acara resmi serah terima bendera pusaka...”
Pada tanggal 16 Agustus malam, keempat pimpinan ABRI dan
Polri, menghadap ke Istana Bogor. Sukarno kemudian mengajak mereka
kembali lagi ke Jakarta, menuju ke Monumen Nasional (Monas). Selama
ini, Sukarno telah menyimpan bendera pusaka dalam ruang bawah tanah
di Monumen Nasional. Kemudian, Bendera sang saka dibawa ke Istana
Merdeka. Sukarno juga tahu, bahwa bendera pusaka adalah sebuah
prasasti yang dimiliki oleh seluruh rakyat Indonesia, bukan miliknya
pribadi.
Namun demikian, meskipun bendera pusaka sudah berhasil dibawa
ke istana, Presiden Suharto belum yakin sepenuhnya, apakah bendera
tersebut memang bendera pusaka yang asli, yang dijahit oleh Ibu Negara,
Fatmawati. Presiden Suharto kemudian memanggil Mutahar ke Istana