Page 29 - New Final HS Mutahar
P. 29

16 | Husein Mutahar dalam Lintasan Sejarah: Riwayat Sang Pandu Sejati


                 dalam latihan itu pada tahun 1967 dengan peserta dari Pramuka Penegak
                 dari beberapa gugus depan yang ada di DKI Jakarta. Ada kekhasan pada
                 latihan  itu, terutama pada metode pendidikan  dan pelatihannya yang
                 menggunakan pendekatan sistem “Keluarga Bahagia” dan diterapkan
                 secara nyata dalam konsep “Desa Bahagia”. Di desa itu, para peserta latihan
                 (warga desa) diajak berperanserta dalam menghayati kehidupan sehari-
                 hari yang menggambarkan penghayatan dan pengamalan Pancasila.

                     Ketika terjadi fusi beberapa Direktorat Jenderal di lingkungan
                 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Urusan
                 Pemuda dan Pramuka mengalami beberapa kali pergantian nama, yang
                 akhirnya menjadi Direktorat Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan
                 Olahraga (Diklusepora). Salah satu direktorat yang berada di bawahnya
                 adalah Direktorat Pembinaan Generasi Muda (PGM). Direktorat inilah
                 yang kemudian meneruskan latihan, yang diselenggarakan oleh Gladian
                 Sentra Nasional.

                     Mutahar kemudian menyusun ulang dan mengembangkan formasi
                 pengibaran bendera dengan membagi pasukan menjadi tiga kelompok,
                 yakni Kelompok 17 (Pengiring/Pemandu), Kelompok 8 (Pembawa/Inti)
                 dan Kelompok 45 (Pengawal). Formasi ini merupakan simbol dari tanggal
                 Proklamasi  Kemerdekaan  Republik  Indonesia  Republik  Indonesia  17
                 Agustus 1945, (17-8-45). Mutahar terus memikirkan formasi tersebut
                 dan mencoba mensimulasikan keberadaan pemuda utusan daerah dalam
                 gagasannya. Ia menyadari bahwa dalam kenyataannya pada saat itu
                 belum dimungkinkan untuk mendatangkan mereka ke Jakarta. Akhirnya
                 diperoleh jalan keluar dengan melibatkan putra-putri daerah yang ada
                 di Jakarta, yang menjadi anggota Pandu/Pramuka untuk melaksanakan
                 tugas pengibaran bendera pusaka pada tanggal 17 Agustus.

                     Mutahar juga merencanakan untuk mengisi personil kelompok 45
                 (Pengawal) dengan para taruna Akademi Angkatan Bersenjata Republik
                 Indonesia (Akabri) sebagai wakil generasi muda ABRI. Akan tetapi
                 gagasannya tidak dapat diwujudkan mengingat kegiatan tersebut tidak
                 berbarengan dengan libur antar semester, di samping juga masalah
                 transportasi dari Magelang ke Jakarta menjadi kendala.
                     Ia kemudian mengusulkan untuk menggunakan anggota Pasukan
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34