Page 28 - New Final HS Mutahar
P. 28

Inventarisasi Sumber Arsip Husein Mutahar: Pengabdian dan Karyanya | 15


                   dilestarikan kepada generasi penerus yang akan menggantikan para
                   pemimpin saat itu “diperlukan simbol-simbol” gumamnya. Pilihan simbol
                   jatuh pada pengibaran bendera pusaka, yang seyogyanya dilakukan oleh
                   para pemuda Indonesia.

                       Ia kemudian menunjuk lima pemuda, yang terdiri dari tiga putri dan
                   dua putra. Lima orang pemuda melambangkan Pancasila. Pengibaran
                   oleh lima pemuda dari berbagai daerah yang ada di Yogyakarta itu tetap
                   dilaksanakan, hingga peringatan ulang tahun kemerdekaan Indonesia
                   keempat tahun 1949. Setelah Pengakuan Kedaulatan, ibukota Republik
                   Indonesia kembali ke Jakarta, dan mulai 17 Agustus 1950, pengibaran
                   bendera pusaka dilaksanakan di Istana Merdeka, Jakarta. Sejak saat
                   itu  Mutahar  tidak  lagi  menangani  upacara  pengibaran  bendera  dalam
                   rangka Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia.  Regu-regu pengibar
                   dibentuk dan diatur oleh Rumah Tangga Kepresidenan Rl sampai tahun
                   1966. Mutahar merasa belum tuntas melaksanakan amanah untuk
                   melakukan upacara detik-detik Proklamasi, karena para pengibar bendera
                   yang dirancang itu mewakili para pemuda belum mewakili pemuda dari
                   seluruh Indonesia, seperti apa yang ada dalam pikiran Mutahar.

                       Ia pun seakan hilang bersama impiannya. Namun di hari ulang
                   tahunnya ke- 49, ia dipercaya untuk menjadi Direktur Jenderal Urusan
                   Pemuda dan Pramuka Departemen Pendidikan & Kebudayaan (P&K).
                   Saat itulah, ia kembali teringat pada gagasannya di tahun 1946,
                   membangun pasukan pengibar bendera yang anggotanya terdiri dari
                   putra-putri terbaik dari seluruh Indonesia.

                       Perjuangan untuk mendapatkan tempat kerja yang memadai
                   akhirnya diperoleh, setelah berpindah-pindah tempat kerja dari Stadion
                   Utama Senayan ke eks gedung Departemen PTIP di Jalan Pegangsaan
                   Barat, Direktorat Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka dan akhirnya
                   menempati  gedung  eks Departemen  Tenaga  Kerja  dan  Transmigrasi
                   (Nakertrans) di Jalan Merdeka Timur 14 Jakarta. Mutahar dan jajarannya
                   kemudian mewujudkan cikal bakal latihan kepemudaan yang kemudian
                   diberi nama ”Latihan Pandu Ibu Indonesia Ber-Pancasila”. Latihan itu
                   sempat diujicoba sebanyak dua kali, yaitu tahun 1966 dan tahun 1967.
                       Kurikulum ujicoba ”Pasukan Pengerek Bendera Pusaka” dimasukkan
   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33