Page 209 - Sejarah Tokoh Nama Bandar Udara (PREVIEW)
P. 209
SEJARAH TOKOH NAMA BANDAR UDARA 198
kepentingan penerbangan militer, sementara yang merupakan gelar bagi La Kilaponto
untuk penerbangan sipil komersial tetap setelah diangkat menjadi raja atau Mokole
menggunakan nama Haluoleo. di Konawe. Menurut La Niampe, kendati
nama La Tolaki kurang populer di kalangan
Kiprah Haluoleo Perjuangan masyarakat Buton, Muna, dan Tolaki, nama
Sebagai seorang tokoh pejuang, tersebut ditemukan di sejumlah naskah
Haluoelo dikenal oleh masyarakat Sulawesi kuno dan arsip Kerajaan Buton dan Wuna.
Tenggara melalui sumber lisan dengan Menurut sumber-sumber tersebut, La Tolaki
sejumlah cerita yang berbeda. Salah satu merupakan nama lain dari La Kilaponto
penelitian menjelaskan bahwa Haluoelo dan Murhum yang juga merupakan putra
adalah nama lain dari tokoh bernama Raja Muna yang bernama Sugimanuru.
La Kilaponto, Murhum, dan La Tolaki. Kata Tolaki terdiri atas dua kata, yakni to
Haluoleo adalah seorang raja yang pernah bermakna orang dan laki berarti jantan.
memerintah atas lima kerajaan besar di Dengan demikian, La Tolaki bermakna
Sulawesi Tenggara pada sekitar abad ke- orang jantan. Pada konteks ini orang jantan
17. Lima kerajaan tersebut adalah Kerajaan yang dimaksud adalah La Kilaponto karena
Buton, Kerajaan Wuna, Kerajaan Kaledupa, keberaniannya dalam menengahi dua
Kerajaan Konawe, dan Kerajaan Moronene. kelompok yang berperang.
Nama La Kilaponto lebih dikenal di kalangan Selain wacana mengenai nama dan
masyarakat Muna dan merupakan putra Raja keberadaan Haluoleo, sejumlah penelitian
Muna keenam yang bernama Sugimanuru. dan pendapat mengenai silsilah Haluoelo
Raja Sugimanuru memiliki sebelas putra dan juga menarik untuk diketahui. Menurut Prof.
tiga orang putri, yakni Kakodo, Manuntara, Rustam Tamburaka, Haluoelo adalah putra
La Kakolo, La Pana, Tendridatu, Kalipapoto, dari perkawinan Elulanggai dan Wealanda.
Wa Sidakkari, La Kilaponto, La Posasu, Namun jika mengacu pada sejarah Muna dan
Rimaisimba, Kiraimaguna, Patolakamba, Buton, Haluoleo adalah putra dari pasangan
Wa Gulo, dan Wa Ode Pogo. Sugimanuru dan Watubapala. Hubungan
Sementara itu, nama Murhum lebih masyarakat antarkerajaan di Sulawesi
dikenal di kalangan masyarakat Buton Tenggara sendiri terbilang harmonis.
karena murhum adalah gelar yang diberikan Dengan demikian, tidak terdapat rintangan
kepada La Kilaponto setelah diangkat kultural yang dapat menghalangi pernikahan
menjadi Sultan Buton. Haluoleo dilantik oleh di antara masyarakat yang berbeda tempat
Syekh Abdul Wahid, Imam dari Patani pada tinggal di kerajaan yang berbeda. Hubungan
1542 M. Namun, gelar tersebut diberikan antarkomunitas tersebut juga terjalin di
kepada La Kilaponto atau Haluoelo setelah kalangan petinggi kerajaan terlepas dari
beliau wafat. Gelar murhum sendiri dikaitkan strategi politik dalam kerajaan tradisional.
dengan nama sebuah kampung di Patani Kondisi ini memungkinkan munculnya
yang berdekatan dengan Kampung Kerisik. pemimpin yang berlatar belakang keturunan
Di samping nama tersebut, Haluoleo juga dari berbagai wilayah sebagai dampak dari
mempunyai nama lain, yaitu La Tolaki adanya pernikahan antarwilayah.

