Page 212 - Sejarah Tokoh Nama Bandar Udara (PREVIEW)
P. 212
201 SEJARAH TOKOH NAMA BANDAR UDARA
menghentikan sepak terjang bajak laut yang Penurunan kondisi fisik mulai mengganggu
dipimpin oleh Labolontio yang mengganggu tugas-tugas pemerintahannya. Ia kemudian
wilayah pesisir utara Kerajaan Buton. meminta pertimbangan Siolimbona yang
Bersama dengan armada Kerajaan merupakan Syara Buton untuk menyerahkan
Buton, Murhum berangkat menuju Selat jabatan raja kepada Murhum.
Buton, yakni antara Pulau Buton dan Pulau Pertimbangan tersebut didasarkan
Muna. Dalam sebuah pertempuran dahsyat, pada berbagai jasa dan pengabdiannya
armada Kerajaan Buton yang dipimpin oleh kepada Kerajaan Buton di samping berbagai
Murhum berhasil menumpas kawanan bajak kecakapan Murhum dalam memimpin
laut tersebut dan menewaskan Labolontio angkatan perang serta upaya diplomasi yang
Atas jasa-jasanya menumpas bajak berhasil dalam menyatukan masyarakat di
laut yang dipimpin Lobolontio, Murhum berbagai kerajaan di Sulawesi Tenggara.
kemudian dinikahkan dengan putri Raja Murhum juga merupakan menantu Raja
Mulae, Watampaidongi. Sebagai seorang Mulae yang memiliki sifat-sifat luhur, seperti
pimpinan pasukan Kerajaan Buton, Murhum jujur, berani, dan tegas dalam mengambil
bertanggung jawab terhadap keamanan setiap keputusan. Usul Murhum tersebut
dan ketertiban di wilayah kerajaan para diterima dengan suara bulat Syara Siolimbona
leluhurnya, yaitu Buton, Wuna, Tiworo, yang merupakan Dewan Legislatif Kerajaan
dan Konawe. Sekitar tahun 1520 ia Buton. Murhum kemudian diangkat sebagai
berangkat menuju Banggai untuk membantu Raja Buton VI. Dalam menjalankan amanah
masyarakat Banggai dari kemungkinan tersebut, ia mengangkat Manjawari sebagai
gangguan sisa-sisa pengikut Lobolontio dan Sapati pertama dan Batambu sebagai
kerajaan lainnya. Rasa aman yang diberikan Kenepulu pertama. Keduanya adalah putra
oleh Murhum dan pasukannya membuat asli Selayar dan Wajo yang berjasa dalam
masyarakat Banggai mengangkat sumpah membantu Kerajaan Buton dalam mengatasi
setia saat ia kembali ke Kerajaan Buton. perlawanan bajak laut.
Sebagian masyarakat Banggai bahkan Dari sumber-sumber sejarah Buton,
menyertai Murhum dan mereka ditempatkan Murhum menjabat sebagai Raja Buton
di salah satu pulau yang berada di bawah selama 20 tahun (1538—1578). Pada tahun
kekuasaan Kerajaan Buton, yakni Pulau keempat masa pemerintahannya, Murhum
Wawonii. menerima kedatangan tamu, yakni Syekh
Murhum kemudian melanjutkan misi Abdul Wahid bin Sulaiman yang merupakan
politik ke wilayah-wilayah di hampir seluruh penyebar agama Islam dari Johor. Dakwah
kawasan Sulawesi Tenggara dan Tengah Syekh Abdul Wahid bin Sulaiman disambut
hingga kawasan di utara Benua Australia. secara positif oleh Murhum, bahkan ia akhirnya
Nama Murhum yang semakin harum di memeluk agama Islam dan memperoleh
kawasan Sulawesi Tenggara semakin gelar Sultan Murhum Kaimuddin pada tahun
dikenal masyarakat luas. Sejalan dengan 1542. Murhum kemudian juga memperoleh
hal tersebut, kondisi Raja Buton V, Raja pengakuan Sultan Turki sebagai Sultan
Mulae semakin menurun karena usia lanjut. Murhum Kaimuddin Khalifatul Khamis pada

