Page 55 - Sejarah Tokoh Nama Bandar Udara (PREVIEW)
P. 55
SEJARAH TOKOH NAMA BANDAR UDARA 44
untuk berperang melawan Belanda. dilakukan oleh Sultan Thaha setelah menduduki
Sultan Thaha Syaifuddin, yang lahir tahta Kesultanan Jambi ialah mengadakan
pada 1816, adalah putra Sultan Muhammad peninjauan kembali terhadap perjanjian yang
Fachruddin. Pada usianya ke-21 tahun, ayahnya ada selama ini antara Kesultanan Jambi
mengirim Sultan Thaha ke Malaya, Singapura, dan Pemerintah Belanda. Ia juga berusaha
dan Patani untuk memperkuat hubungan memperkuat rasa keimanan rakyat terhadap
dagang antara Jambi dan negara-negara itu Allah.
serta meninjau perkembangan pendidikan Untuk meningkatkan rasa keimanan
di sana. Kunjungan ke Malaya, Singapura, rakyatnya itu, Sultan Thaha mendatangkan
dan Patani pada waktu itu juga dimaksudkan ulama dari luar negeri, yaitu dari Mesir dan
untuk memperkuat hubungan dagang. Pada Patani. Juga didatangkan ulama dari negeri
tahun 1841, Sultan Muhamad Fakhruddin tetangga, yaitu Minangkabau. Ulama-ulama
wafat. Penggantinya adalah Pangeran Ratu, yang mendapat gaji dari pemerintah Kesultanan
Abdulrahman, paman Thaha, sedangkan Jambi ini ditugaskan menjadi guru untuk
Sultan Thaha diangkat sebagai Pangeran Ratu memberikan pelajaran agama kepada rakyat
(perdana menteri) menggantikan pamannya. dan keluarga kesultanan.
Sebagai Pangeran Ratu, Sultan Thaha Sultan Thaha senantiasa menunjukkan
mulai memiliki kesempatan untuk melaksanakan sikap menentang Belanda. Realita tersebut
cita-citanya. Ia melihat bahwa masih banyak nampak ketika kapal AS berlabuh di Pelabuhan
rakyat Jambi pada waktu itu yang buta huruf, juga Jambi, Sultan Thaha berusaha untuk melakukan
masalah pangan yang menurutnya perlu segera kerja sama dengan pihak Amerika. Dalam
ditingkatkan untuk menambah kesejahteraan rangka meninjau kembali perjanjian yang ada
rakyat. antara sultan-sultan terdahulu dan Belanda,
Pada tahun 1855 Sultan Abdurahman ia tidak mau mengakui perjanjian-perjanjian
wafat. Sebagai penggantinya ditunjuk Sultan tersebut, misalnya perjanjian tahun 1833 yang
Thaha Syaifuddin dengan pusat kesultanan menyatakan Jambi adalah milik Belanda dan
Keraton Tanah Pilih. Langkah pertama yang dipinjamkan kepada Sultan Jambi. Sultan Thaha
Rumah Sultan Jambi.
Sumber : geheugenvannederland

