Page 26 - Perdana Menteri RI Final
P. 26

menyadari kekalahan Jepang dari Sekutu dan     Lagere School (ELS). Setelah menamatkan                                 MEKARNYA KESADARAN POLITIK
                           mendorong kemerdekaan Indonesia segera.        pendidikannya di ELS, Sjahrir melanjutkan
                                                                                                                                                  Di masa studinya di Bandung, Sjahrir masih
                           Meskipun Sjahrir tidak mendapatkan posisi      sekolahnya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs
                                                                                                                                                  menekuni hobi lamanya bermain sepakbola
                           apa-apa dalam struktur pemerintahan Indonesia   (MULO) Medan selama tiga tahun. Sejak kecil,                                                   4
                                                                                                                                                  sebagai pemain tengah.  Ia pun masih
                           yang baru–karena menolaknya, reputasinya       sama seperti dengan Hatta, Sjahrir dibesarkan
                                                                                                                                                  sering menyempatkan diri untuk menonton
                           di masa Jepang telah mengangkatnya setara      dalam dua dunia: Islam dan modernisasi Barat.
                                                                                                                                                  pertandingan antara tim sepakbola yang
                           dengan  dwitunggal Sukarno-Hatta. Bahkan       Ia  mendapatkan  pendidikan  dasar  Islam  dari
                                                                                                                                                  dianggap penting, baik dari dalam maupun luar
                           bila dicermati, Republik di awal masa Revolusi   ayahnya, namun di rumahnya ia terpapar dengan                               5
                                                                                                                                                  negeri.  Selain itu, Sjahrir ikut bergabung dengan
                           amat bergantung pada poros Sukarno-Hatta-      modernisasi melalui majalah-majalah Hindia
                                                                                                                                                  grup teater mahasiswa Batovis (Bandoengse
                           Sjahrir untuk terus meneguhkan eksistensinya   dalam bahasa Belanda dan Melayu. 1                                      Toneel Vereeniging van Indonesische Studenten)
                           di tengah ketidakpastian politik akibat situasi                                                                        yang acap pentas di Bandung dan sekitarnya
                                                                          Setelah menyelesaikan studinya di MULO,
                           politik dalam negeri yang tidak menentu                                                                                tiap bulan.  Dalam himpunan ini, Sjahrir
                                                                                                                                                            6
                                                                          Sjahrir dihadapkan pada dua pilihan yang
                           dan tekanan politik internasional yang besar                                                                           berkontribusi sebagai sutradara, penulis, dan                                Sjahrir bermain tennis di jalan Bonang pada bulan
                                                                          umumnya ditemui oleh anak-anak elite                                                                                                                 November 1946
                           terhadap kemampuan Indonesia. Selama menuju                                                                            pernah menjadi pemain dalam peran-peran
                                                                          Minangkabau yang merantau untuk sekolah:
                           proses  untuk menjadi  perdana menteri, Sjahrir                                                                        tokoh intelektual. Banyak orang Belanda yang                                 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
                                                                          menjadi  handelaar (pedagang) atau  ambtenaar
                           merealisasikan impiannya mewujudkan Indonesia                                                                          datang dalam pementasan Batovis sebab tidak
                                                                                   2
                                                                          (pegawai).  Akhirnya, Sjahrir memutuskan
                           yang  lebih  demokratis.  Warisannya  sebagai                                                                          hanya menggunakan bahasa Belanda, tetapi
                                                                          pilihannya  pada  jalur  menjadi  ambtenaar.  Ia                                                                       guru sejarahnya, Dr. de Haan, dan guru bahasa
                           perdana  menteri  antara  lain  mempertahankan                                                                         pementasannya juga menarik. Sjahrir pun masih
                                                                          melanjutkan sekolah di AMS Bandung tahun                                                                               Latinnya, Dr. Katwijk dalam hal filosofi dan
                           kemerdekaan Indonesia dari ancaman Belanda                                                                             bermain biola dan berdansa waltz, fox trot, dan                                      8
                                                                          1926 dalam Jurusan Budaya Barat Klasik atau                                                                            ketatanegaraan Yunani dan Romawi kuno.
                           melalui penetapan jalur diplomasi, mendapatkan                                                                         charleston. Di Bandung, Sjahrir lebih banyak
                                                                          Jurusan A yang khusus mengajarkan bahasa Latin
                           pengakuan internasional atas kemerdekaan                                                                               “mengunjungi soirées dansantes yang lebih bergaya   Dalam usia yang masih sangat muda, Sjahrir
                                                                          dan budaya Yunani. Sekolah ini mempersiapkan                                        7
                           Indonesia yang sah, dan membangun jembatan                                                                             dan multiras”.                                 telah mentautkan antara ilmu pengetahuan
                                                                          siswanya untuk memasuki perguruan tinggi
                           demokratisasi republik muda.                                                                                                                                          dan perkembangan masyarakat.  Ia mendirikan
                                                                                                                                                                                                                              9
                                                                          hukum. Dengan pilihannya ini kemungkinan                                Meskipun Sjahrir adalah pelajar yang flamboyan,
                                                                                                                                                                                                 klub belajar bersama kawan-kawan AMS
                           TAHUN-TAHUN KESADARAN                          Sjahrir dikirim orangtuanya ke Bandung untuk                            ia merupakan murid yang cerdas. Sjahrir bukanlah   bernama  Patriae  Scientiaeque  (PSQ )  atau
                                                                          mengikuti jejak ayahnya menjadi jaksa. 3                                siswa yang rajin dan tekun belajar mempersiapkan
                                                                                                                                                                                                 “Untuk Tanah Air dan Ilmu Pengetahuan” yang
                           ARISTOKRAT EGALITER                                                                                                    segalanya seperti Hatta. Namun, di kelas, Sjahrir
                                                                          Meskipun    dibesarkan   dalam    kehidupan                             dikenal suka mendebat dan bertanya pertanyaan-  mendiskusikan  persoalan-persoalan  politik,
                                                                                                                                                                                                                        10
                           Sutan  Sjahrir  dilahirkan  di  Padang  Panjang,   aristokrasi Minangkabau, Sjahrir justru tumbuh                      pertanyaan yang tidak pernah terpikirkan oleh   sosial, dan pendidikan.  Kesadaran Sjahrir
                           Sumatera Barat, pada tanggal 5 Maret 1909.     sebagai pemuda yang tidak menyukai kultur                               kawan-kawan sekelasnya. Hamdani, rekan         terhadap persoalan di tanah air dibentuk oleh
                           Ibunya adalah Siti Rabiah dan ayahnya          kebangsawanan. Ia tumbuh menjadi intelektual                            sekelasnya yang kelak menjadi residen Cirebon   intensitasnya membaca berita-berita tentang

                           bernama  Moh. Rasad gelar Maharaja Soetan      yang keras terhadap gagasan dan perilaku                                di waktu perundingan Linggarjati, menyatakan   situasi di Indonesia dalam buletin berita
                           merupakan  jaksa  kepala  pada  landraad  di   feodalisme, yang menurutnya merupakan salah satu                        bahwa Sjahrir jarang belajar menyiapkan        Algemene Indische Dagblad (AID). Hampir
                           Medan. Ia bersaudara dengan Siti Rohana yang   problem besar yang menghantui Indonesia. Sjahrir                        pelajaran sekolah untuk esok, namun ia mampu   setiap sore Sjahrir dan beberapa pelajar sekolah
                           merupakan wanita pelopor pers bumiputera di    tidak pernah minta dihormati sebagai elite karena                       menerjemahkan pelajaran dalam bahasa Inggris,   berkumpul  di  depan  percetakan  Vorkink  di
                           Indonesia. Dengan latar belakang yang berasal   latar belakang keluarganya. Di masa depan, ia lebih                    Jerman, Perancis, maupun Latin. Selain itu,    pusat kota Bandung, di jalan yang kini disebut
                           dari  keluarga terpandang,  Sjahrir bisa masuk   memilih untuk mendorong ide-ide demokrasi dan                         Sjahrir mampu menjawab pertanyaan dari guru-   jalan Asia-Afrika, untuk membaca surat kabar
                           ke  sekolah  terbaik  di  Medan,  Europeesche   egalitarian di dalam masyarakat Indonesia.                             gurunya dan bertanya hal yang sulit kepada     AID yang ditempelkan pada papan agar dapat





                           14    PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA 1945 - 1959                                                                                                                  PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA 1945 - 1959  15
   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31