Page 28 - Perdana Menteri RI Final
P. 28

11
                           dibaca masyarakat umum.  Sewaktu Sjahrir tiba   Salah satu inisiatif Sjahrir bersama Pemuda                            sukarela diminta tiap bulan mengirim satu piring   mengatakan “Ik geef my gewonnen, o wyze heer”
                           di Bandung, buletin AID menurunkan laporan     Indonesia yang penting adalah pendirian                                 nasi ditambah sedikit lauk pauk untuk makanan   (saya menyerah, ya tuan yang amat tahu). 23
                                                                                                                                                               20
                           tentang percobaan pemberontakan komunis di     sekolah rakyat untuk memberantas buta huruf                             para pengajar.  Sekolah ini mampu bertahan
                           Batavia, Jawa Barat, dan Sumatera Barat, kepada   bernama Tjahja Volksuniversiteit. Dari nama                          sampai tahun 1938. Namun, karena kesukaran     MENDEBAT BUNG KARNO
                           pemerintah kolonial. Para pelajar Bandung      sekolah ini “cahaya”  dan “universitas  rakyat”                         teknis, seperti kesulitan mendapatkan pengajar
                                                                                                                                                                                                 Bandung merupakan salah satu pusat dari
                           rupanya ingin tahu berita pemberontakan PKI    (Volksuniversiteit) tercermin upaya dari Pemuda                         dan  mahalnya  biaya  pemeliharaan  sekolah,
                                                                                                                                                                                                 pergerakan antikolonial Indonesia di awal abad
                           yang gagal tersebut.                           Indonesia membangun pendidikan rakyat agar                              disamping ketatnya pengawasan dinas intelijen
                                                                                                                                                                                                 ke-20. Di kota ini, banyak dari tokoh pergerakan
                                                                          mereka terdidik dan mendapatkan pencerahan.                             Belanda terhadap sekolah-sekolah nasional
                                                                                                                                                                                                 penting menamatkan studi atau sekolahnya. Di
                           Kesadaran berpolitik Sjahrir mekar pertama
                                                                          Universitas ini dibangun tidak hanya untuk                              seperti Tjahja menyebabkan sekolah ini tidak
                                                                                                                                                                                                 AMS, misalnya, Sjahrir satu sekolah dengan
                           kalinya di Bandung. Pada tahun 1927, Sjahrir
                                                                          mengajar membaca dan menulis, namun juga                                dapat bertahan. Meskipun demikian, pendirian
                           bersama sepuluh orang temannya membentuk                                                                                                                              tokoh-tokoh masa depan Indonesia, seperti
                                                                          mengajarkan pelajaran bahasa asing, ekonomi,                            sekolah Tjahja ini merupakan awal terbentuknya
                                                                                                                                                                                                 Moh. Natsir (menteri penerangan dalam
                           himpunan pemuda nasionalis yang berasaskan
                                                                                                                 16
                                                                          matematika, fisika, serta pelajaran lainnya.  Di                        keyakinan Sjahrir bahwa pendidikan merupakan
                                                                                                                                                                                                 kabinet pertama Sjahrir), Burhanuddin (menteri
                           persatuan bangsa: Jong Indonesie. Dalam statuta
                                                                          antara enam ratus orang yang terdaftar sebagai                          pondasi yang paling vital dalam menggerakkan
                                                                                                                                                                                                 penerangan negara Indonesia Timur), dan
                           Jong Indonesie di tahun 1927 disebutkan bahwa
                                                                          murid, terdapat kuli, petani, pekerja, beberapa                         perubahan. Hal ini kelak diaplikasikan olehnya
                                                                                                                                                                                                 Hamdani (residen Cirebon waktu perundingan
                           tujuan organisasi ini adalah mendorong kesatuan
                                                                          puluh wanita, dan orang tua berusia di atas                             bersama dengan Hatta ketika membangun                        24
                                                                                                                                                                                                 di Linggarjati).  Organisasi nasionalis penting
                           nasional Indonesia melalui gerakan pramuka,
                                                                          empat puluh tahun. Meskipun sekolah ini cukup                           organisasi  Pendidikan  Nasional  Indonesia  atau
                                                                                                                                                                                                 di tahun 1920-an, Partai Nasional Indonesia
                           olahraga, jurnal, selebaran, dan pertemuan
                                                                          populer, bagi para petani atau kuli yang tidak                          yang populer disebut sebagai PNI baru.         (PNI), juga lahir di kota metropolitan ini. PNI
                                          12
                           atau rapat-rapat.  Di bulan Desember 1927
                                                                          menguasai bahasa asing dan hanya menguasai
                                                                                                                                                                                                 nyaris mendominasi politik nasional Indonesia
                           nama organisasi ini berubah menjadi Pemuda                                                                             Di masa sekolah AMS ini, menurut Subadio
                                                                          bahasa Sunda, mereka sulit untuk mendapatkan                                                                           pasca penumpasan PKI di tahun 1927. Sebagai
                           Indonesia. Organisasi ini tidak hanya berpusat                                                                         Sastrosatomo, Sjahrir telah melihat secara kritis
                                                                          manfaat dari mempelajari bahasa asing dalam
                                                                                                                                                                                                 partai yang mengedepankan agitasi massa, PNI
                           di Bandung, namun di penghujung tahun 1928                                                                             kolonialisme Belanda lebih mengutamakan
                                                                          aktivitas keseharian mereka. Orang-orang
                                                                                                                                                                                                 berhasil dalam memobilisasi rakyat kecil untuk
                           Pemuda Indonesia telah menyebar sampai                                                                                 kekuasaan daripada menegakkan keadilan dan
                                                                          kotalah yang bertahan pada lembaga pendidikan                                                                          bersama-sama bergerak melawan pemerintah
                                                                                                                                                                                  21
                           Batavia, Yogyakarta, dan Surabaya. Bagian                                                                              kebenaran untuk bangsa Indonesia.  Ia merasa
                                                                          ini dan kuliah diberikan dalam bahasa Belanda                                                                          kolonial.
                           pemudi organisasi ini, Putri Indonesia, memiliki                                                                       bahwa  kolonialisme  Belanda  memperlakukan
                                                                          atau Melayu. 17
                                                                    13
                           cabang di Bandung, Surabaya, dan Batavia.                                                                              rakyat Indonesia secara tidak adil, menipu, dan   Di akhir tahun 1920-an inilah awal
                           Untuk menyebarkan gagasan-gagasannya kepada    Tjahja Volksuniversiteit ini didirikan di beberapa                      tidak terhormat. Meskipun begitu, Sjahrir tidak   melambungnya   nama    Sukarno    sebagai
                           masyarakat luas, Pemuda Indonesia menerbitkan   tempat di sekeliling Bandung, seperti di                               mengembangkan rasa benci dan permusuhan        pemimpin kharismatis yang sangat populer di
                           tiga majalah dalam cabang-cabangnya:  Jong     Cimindi, Ujungberung, di kampung Badjanegara                            terhadap Belanda atau Barat, sebaliknya ia lebih   kalangan pergerakan dan rakyat kebanyakan.
                                                                                                                                                                          22
                           Indonesie  di  Bandung,  Kabar Kita  di  Surabaya,   jurusan Lembang dan di Regentsweg yang                            mementingkan pengertian.  Ia berani dan mau    Para tokoh pelajar dan pemuda yang berada
                                                  14
                                                                                                  18
                           Soeara Kita di Yogyakarta.  Di awal tahun 1929,   menjadi jalan Kabupaten.  Pemuda Indonesia                           bertukar gagasan atau menyatakan pendapatnya   di Bandung banyak pula yang mengagumi
                           anggota Pemuda Indonesia sudah mencapai        mampu memperluas cabang-cabang Tjahja                                   mengenai kolonialisme dengan orang-orang       ketokohan Sukarno. Meskipun Sjahrir tidak
                                                 15
                           300 orang di Bandung.  Untuk memperkuat        Volksuniversiteit sampai ke Batavia dan                                 Belanda yang  kenal dengan dirinya. Misalnya,   masuk ke dalam PNI seperti yang banyak
                           organisasi dan kegiatan-kegiatannya, Pemuda    Yogyakarta, meskipun pendidikan di Bandung                              Sjahrir terkenal di kalangan siswa AMS karena   dilakukan oleh kawan-kawannya, namun ia
                           Indonesia memiliki toko koperasi yang menjual   merupakan  yang  paling  maju dan menjadi                              ia  berani berdebat  dengan kepala sekolah  dan   bersama teman-temannya di AMS sering
                                                                                19
                           cinderamata kerajinan tradisional, di samping   acuan.  Guru-guru sekolah ini merupakan                                guru-guru Belanda tentang penjajahan Belanda.   menjumpai tokoh pergerakan nasionalis kiri yang
                           iuran yang didapatkan dari para anggota dan juga   aktivis-aktivis cabang yang mengajar secara                         Bahkan kepala  sekolah  AMS Bandung,           bermukim di Bandung, termasuk di antaranya
                           sumbangan dari pendapatan yang didapatkan      sukerala setiap sore hari. Para orang tua tidak                         Dr. Bessem, dengan jengkel mengolok-olok       Sukarno, Tjiptomangunkusumo, Dr. Samsi, dan
                                                                                                                                                                                                            25
                           dari pertunjukkan Batovis.                     diminta membayar uang sekolah, hanya secara                             Sjahrir dengan bertekuk lutut di depannya dan   Ir. Anwari.  Sjahrir beberapa kali menghadiri
                           16    PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA 1945 - 1959                                                                                                                  PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA 1945 - 1959  17
   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33