Page 95 - Perdana Menteri RI Final
P. 95
Januari 1948. Perjanjian Renville menempatkan dalam maupun dari luar. Amir mempertahankan
Republik pada kedudukan yang semakin posisinya sebagai menteri pertahanan sampai
sulit. Dalam perjanjian ini wilayah Indonesia dirinya menjadi perdana menteri di bulan Juli
makin sempit, dikurung oleh daerah-daerah 1947. Hal ini memperlihatkan bahwa hanya dia
pendudukan Belanda sewaktu Agresi Militer dan Sjahrir yang merupakan tokoh politik riil
100
I. Sementara itu, posisi Belanda semakin kuat dalam kabinet itu, menjalankan peran sebagai
karena Amir menyetujui garis van Mook yang dwitunggal yang saling menopang satu sama
menyebabkan terjadinya eksodus militer dan lain. Meskipun demikian, naiknya Amir
103
gerilyawan di daerah kantong gerilya di balik menjadi menteri pertahanan menimbulkan
garis tersebut. polemik. Dua hari sebelum pembentukan
kabinet Sjahrir pertama, militer memilih Sultan
Mohammad Roem berpendapat bahwa “Renville
Hamengkubuwono IX (HB IX) sebagai menteri
101
adalah titik kekalahan dalam perjuangan”.
Presiden Sukarno dan Amir Sjarifuddin tiba dari keamanan rakyat (pertahanan). Pemilihan
Perundingan Renville. Perjanjian Renville merupakan kemenangan
ini merupakan tantangan langsung yang
besar bagi Belanda dan kekalahan telak bagi Amir
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ditunjukkan kepada kewenangan Sjahrir sebagai
Sjarifuddin. Masyumi yang awalnya mendukung
pemimpin eksekutif yang lebih memilih untuk
kabinet Amir kemudian mencabut dukungan
mengangkat kompratriotnya, Amir Sjarifuddin
dan mendesak Amir mundur. Aksi Masyumi
dengan alasan menolak apa yang dianggap suatu
kemudian diikuti oleh PNI sehingga dukungan
pola Jepang yang militeristis. 104
kepada Amir hanya tersisa dari golongan sayap
kiri. Amir Sjarifuddin akhirnya menyatakan Dalam tradisi Jepang mulai dari periode Meiji
mundur dari kursi PM pada tanggal 23 Januari sampai seterusnya, menteri angkatan bersenjata
1948. Angkatan muda Masyumi di depan kantor dalam kabinet Jepang harus dari orang-orang
pemerintah menyerukan yel-yel “allahu akbar, militer, antara 1900 hingga 1913, dan sekali
102
kabinet Amir bubar”. Apa yang dialami oleh lagi setelah 1936, menteri-menteri tersebut
Amir sama seperti Sjahrir dulu yang ditusuk dari 105
haruslah perwira aktif. Cara ini memberikan
belakang oleh kawan-kawannya. Sejarah seperti suatu penguasaan efektif terhadap sumber daya
seolah berulang.
dalam kementerian dan juga penguasaan secara
tidak langsung terhadap kabinet itu sendiri. Jadi
TENTARA DAN PERTAHANAN tidak aneh bagi para bekas perwira Peta, mereka
NASIONAL: PRO DAN KONTRA
membahas kedudukan menteri pertahanan. Dan
Dalam kabinet Sjahrir, Amir adalah tokoh mereka secara penuh mendukung penunjukkan
kedua setelah Sjahrir yang memegang peranan Sultan HB IX dalam konferensi di markas besar
kunci dalam pemerintahan. Posisinya sebagai barisan kelaskaran di Yogyakarta dengan alasan
Presiden Sukarno bersama Amir Sjarifuddin menteri pertahanan menggarisbawahi bahwa bahwa Sultan dianggap sebagai perwira tinggi
mengadakan konferensi pers setibanya dari
Amir diserahi tanggung jawab penting untuk yang memiliki peran dan keberanian selama
perundingan Renville.
membawa kapal Republik selamat menghadapi pendudukan Jepang dan berperan dalam gerakan
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
badai revolusi, baik dari terpaan gelombang dari kemerdekaan. 106
82 PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA 1945 - 1959 PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA 1945 - 1959 83