Page 97 - Perdana Menteri RI Final
P. 97

109
 Meskipun begitu, Sjahrir menolak desakan   faksionalisme.  Oleh sebab itu, sejak awal Amir   ideal disiplin dengan menggunakan Pendidikan   dari rakyat biasa dengan pendidikan formal
                                                        113
 dari barisan militer  dan tetap teguh dengan   mendidik korps perwira Angkatan Darat secara   politik (Pepolit) yang bercorak sosialis.    yang terbatas, Soedirman melihat bahwa tentara
 keputusannya. Tentara akhirnya mundur setelah   politik  untuk  “mendemokratiskan”  maupun   Dengan upaya yang dilakukannya ini Amir   bukanlah  instrumen  pusat  yang  bersifat  Barat,
 melalui perdebatan, tapi mengenai kedudukan   untuk “mensosialiskan” pandangan mereka.   ingin menarik pengalaman revolusi Perancis,   tetapi merupakan ekspresi yang teroganisir dari
                                                                               117
 Soedirman sebagai panglima besar tentara   Hal ini penting dilakukan untuk membangun   ketika suatu amalgam antara antusiasme pemuda   kehendak rakyat.  Soedirman sadar bahwa
 mereka tidak mau mundur. Akhirnya, meskipun   hubungan antara militer dan pemerintah yang   dengan kemampuan pasukan kerajaan melebur   karir yang dicapainya lebih merupakan proses
 Amir naik menjadi menteri pertahanan, ia tidak   berkuasa sekaligus untuk memberi mereka suatu   dalam “levee en masse”. 114  pemilihan berjenjang informal yang posisinya
 pernah populer dan diterima sepenuhnya oleh   orientasi ideologis yang akan membuat mereka   bergantung kepada kemampuannya untuk
               Intervensi Amir dalam angkatan bersenjata
 kalangan tentara. Amir sangat sadar tahu adanya   berada dalam jangkauan golongan-golongan   memperoleh  kesetiaan  dan  keyakinan  dari
 penolakan sekaligus kemampuan otonom tentara   sosialis. 110  membuat friksi muncul antara pemerintah   unit-unit elektoral yang terdiri dari kelompok-
               dan angkatan bersenjata. Para perwira reguler
 bergerak tanpa arahan pemerintah. Ia menyadari                kelompok militer  setempat. Oleh  sebab  itu,
 Kontrol sipil terpusat terhadap angkatan   menolak tunduk kepada perintah otoritas sipil
 bahwa posisi tentara adalah vital dalam negara,               dapat dipahami bila Soedirman mencita-
 bersenjata dan indoktrinasi tanggung jawab   dan pertikaian terus menerus di antara mereka
 namun pada saat yang sama sadar bahwa tentara                 citakan tentara nasional sebagai tentara rakyat
 ideologis di kalangan perwiranya, menurut   mengenai pengangkatan perwira senior nantinya
 merupakan batu alang utama kekuasaannya–                      yang egaliter dibanding partai-partai politik.
 Klinken, “merupakan konsep Clausewitzian   merupakan faktor penting yang memantik
 dan persaingan tersebut merupakan penyebab                    Bila tentara harus dibayangkan sebagai suatu
 111
 konvensional di negara-negara modern”.  Amir   peristiwa Madiun di tahun 1948.  Tuduhan-
                                              115
 kejatuhan Amir secara politik sebagai perdana                 kekuatan revolusioner, maka revolusioner di sini
 menyinggung perbedaan kontras antara pemuda   tuduhan dari banyak pendukung Sjahrir dan
 menteri.                                                      harus diartikan sebagai “mengabdikan secara
 NAZI dan pemuda Rusia selama perang di mana   Amir bahwa Soedirman dan para pengikutnya   tulus kepada perjuangan untuk merdeka”. 118
 Dalam visi Amir mengenai watak tentara (saat   keberhasilan Rusia menurutnya berkaitan dengan   dari Peta berwatak fasis, ditentang mentah-
 itu Tentara Keamanan Rakyat, TKR), ia melihat   peleburan keyakinan politik yang teguh dari   mentah oleh mereka. Tidak bisa dipungkiri   Saat Amir menjadi perdana menteri keyakinan
 perlunya revisi organisasional militer agar dapat   Tentara Merah. Tapi Simatupang, salah seorang   keahlian militer yang mereka dapatkan memang   tentang “Tentara Masyarakat” ini terus
 menjadi kekuatan efektif dalam menghadapi   kolonel Republik yang terbaratkan, menolak   dipertahankan. Pada akhirnya dalam tubuh
               berasal dari Jepang, tetapi semangat dan teladan
 Revolusi. Amir lalu menekankan perbedaan   kesan bahwa Amir ingin mereproduksi Tentara   militer terpecah dua kubu antara TNI yang
               dalam pikiran Soedirman dan pengikutnya
 yang ia analisis antara dua Angkatan Darat   Merah Soviet di Indonesia, sebab model seperti   berasal dari para pemberontak sebelumnya   yang bersifat otonom dan mencari dana sendiri
 pra-kemerdekaan, yaitu KNIL dan Peta, dan   itu telah ada jauh di dalam tentara Cromwell di   melawan penjajahan Belanda. Mereka menuduh,   dan Tentara Masyarakat yang bersifat ideologis
 Angkatan Darat baru yang ia idealisasikan di   Inggris. Dalam memastikan model tentara yang   sebaliknya, apabila ada kelompok yang   dan  organisasional  bertanggung  jawab  kepada
 TKR. Amir menyerang KNIL sebagai “tentara   memiliki dasar-dasar pemahaman ideologis   pemerintah dan Kementerian Pertahanan (PS)
               dipengaruhi oleh konsep-konsep asing, justru
                                                                                                        119
 bayaran yang anggota-anggotanya rela digunakan   negara yang kuat ini, slogan Cromwellian   atau langsung kepada Amir Sjarifuddin.
               golongan sipil cendekiawan berbahasa Belanda
 oleh  pemerintah Belanda untuk menindas   adalah “tiap kali anda berevolusi, anda harus   Jumlah Tentara Masyarakat sendiri menurut
               dan ibukota yang terdampak itu. Dibuktikan
 bangsanya sendiri, sementara Peta hanya sekedar   meyakinkan bahwa tentara akan mengadopsi   pengakuan A.H Nasution berjumlah 470.000
               oleh sikap mereka yang terus menerus
 112
 alat Jepang untuk mencapai tujuan-tujuan   filosofi revolusi”.  Untuk menanamkan idenya   sedangkan TNI hanya 350.000 tentara. Sekitar
               mau berkompromi dengan musuh melalui
 107
 kolonialnya”.  Terhadap laskar-laskar pemuda   mengenai angkatan bersenjata yang berkomitmen   100.000  pasukan  Tentara  Masyarakat berasal
               perundingan-perundingan, berkebalikan dengan
 yang banyak muncul di era Jepang, Amir justru   dan disiplin, Amir melakukan tiga langkah   dari Pesindo yang merupakan elemen utama
               patriot-patriot tentara yang mengangkat senjata
 mengapresiasi nilai politis milisi-milisi rakyat   besar: (1) berusaha menarik antusiasme pemuda   116  dalam kelompok ini. Dualisme model dalam
               untuk melawan Belanda.
 108
 tersebut.  Dari titik ini kelihatan bahwa   ke  dalam  sebuah  organisasi  tunggal  bernama   angkatan bersenjata di dalam pemerintahan
 Amir berupaya memberi jiwa politik kepada   Pesindo; (2) mengintegrasikan kelompok ini   Soedirman sendiri memiliki keyakinan terhadap   Amir ini ternyata menimbulkan kesulitan.
 tentara, menanamkan ide “kemasyarakatan”,   dan kelompok pejuang lainnya ke dalam tentara   peran dan watak tentara nasional yang didasarkan   Pertama,  kebijakan  ini  kenyataannya
 membuang model korporatisme, patronase, dan   Republik; (3) berusaha menanamkan ideal-  pada pengalaman dan latar belakangnya. Berasal   menghadapi resistensi dari kalangan militer





 84  PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA 1945 - 1959            PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA 1945 - 1959  85
   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102