Page 225 - Final Sejarah Islam Asia Tenggara Masa Klasik
P. 225

datangnya—diperlakukan sebagai   Islam terjadi. Baik sebagai agama, yang   perdagangan local di wilayah perairan   menerapkan tiga aspek paradigmatis
 saluran yang komunikatif, seakan-  bertolak dari ajaran ke-esa-an Allah   Nusantara.  Begitulah bisa dikatakan   dari tradisi politik Timur Tengah—yaitu
                      7
 akan semua unsur bisa saja dipakai   dan pengakuan akan Muhammad s.a.w.   bahwa penyatuan pemerintahan serta   perekonomian yang menggunakan uang
 dalam hubungan antarkomunitas. Pada   sebagai utusanNya, maupun sebagai   perkembangan ekonomi di Cina di   dengan birokrasi dan kebijaksanaan
 gilirannya maka bisalah dikatakan   kekuatan dagang dan politik, Islam tidak   bawah dinasti baru, T’ang, bahkan   fiskal, aparatur militer-birokrat Islam,
 pula bahwa hubungan kultural yang   memecah belah suasana kultural yang   semakin menyuburkan wilayah Lautan   dan akhirnya, pola penyelenggaraan
 kosmopolitan ini berperan dalam   cosmopolitan ini. Tetapi secara perlahan-  Hindia sebagai suasana kultural yang   negara dengan gaya Persia. Identifikasi 11
 pemupukan suasana kesezamanan   lahan Islam mengubah landasan   saling memahami.  Menjelang akhir   aspek-aspek paradigmatis ini tentu bisa
                             8
 dengan dunia luar. Dalam suasana   ideologis dari kosmopolitanisme itu.   abad XI—berdasarkan umur dari   diperdebatkan—Brakel”, umpamanya,
 ini tentu bisa dipahami kalau seorang   Agama ini datang dan menyebar   peninggalan sebuah kuburan Islam   menunjukkan suasana kehidupan istana
 pengelana dan pelajar agama dari Cina   dengan memakaikan suasana yang telah   paling tua di pantai Jawa bagian Timur—  Aceh di abad XVII yang nyaris tidak
 pada abad VII, I-tsing, dengan begitu   lebih dahulu berkembang. Memang,   wilayah Lautan Hindia boleh saja   berbeda dengan istana Mughal. Namun
 saja mampir lebih dulu di ibukota   sebenarnya proses Islamisasi—lebih   dikatakan telah menjadi “laut berbahasa   pendapat Wink tentang perbedaan
 kerajaan Sriwijaya, dalam pelayarannya   daripada Hinduisasi—tidak dapat   Arab”. 9  budaya dan politik dalam suasana
 menuju Nalanda, pusat agama Buddha   dipisahkan dari perkembangan   kosmopolitan yang baru adalah sebuah
 di India. Kebetulan ketika itu kerajaan   perdagangan jarak jauh. Sudah sejak   Sifat dari proses terjadinya perubahan   alat analisa yang strategis. Dari konsep
 Sriwijaya bukan saja telah memainkan   abad VII dan terutama setelah abad   apalagi transformasi kebudayaan   historis yang bertolak dari corak
 peranan sebagai pusat perdagangan   IX dimasuki para pedagang Arab,   adalah masalah yang selalu memancing   paradigmatis ini bisalah didapatkan
 maritim, tetapi juga pusat studi agama   yang datang dari Teluk Persia, telah   perdebatan akademis. Namun pada   suatu kerangka teoretis untuk
 Buddha. Maka bisalah dipahami juga   menjadikan perairan Nusantara sebagai   awalnya proses Islamisasi wilayah   memahami mengapa pola tingkah laku
 kalau I-tsing mampir diibukota Sriwijaya   tempat persinggahan dalam pelayaran   Asia Tenggara sesungguhnya berarti   tertentu ditemukan di anak-benua India,
 untuk mempersiapkan dirinya sebelum   perdagangan mereka menuju Cina.Jadi   pengenalan kesadaran kosmopolitanisme   tetapi tidak di Al-Hind, yang terletak
 mendalami teks-teks Budhisme yang   bisalah dipahami juga kalau laporan   yang baru dan—bersamaan dengan   di seberang Sindhu? Padahal keduanya
 lebih sukar di Nalanda. 5  dari para pedagang Arab yang sempat   gejala kulturan ini—munculnya suatu   diikat oleh rasa kesatuan yang dipelihara
 singgah ataupun kabar dari pelayar lain   model dari higher civilization yang   oleh perdagangan jarak jauh serta
 Suasana intelektual yang kosmopolitan   tentang pulau Jawa dan Sumatra telah   baru pula. Dalam artikelnya yang   pemahaman dan pengertian yang relatif
 ini dipupuk oleh kepentingan dagang   cukup banyak juga. 6  didukung oleh penelitian yang teliti dan   sama tentang kosmopolitanisme Islam.
 dan kekuasaan serta dibina para   argumentasi yang ketat, Andre Wink
                                             10
 penguasa kota-kota pelabuhan dan   Peranan pedagang Arab di perairan   mengatakan bahwa walaupun terjadinya   Komersialisasi, pembentukan negara
 bahkan, meskipun dengan intensitas   Nusantara semakin penting, ketika, di   Islamisasi di India dan kepulauan   (state-formation) dan terbentuknya umat
 berbeda, juga dipelihara oleh mereka   abad X, Cina melarang kedatangan para   Indonesia mulai berlangsung setelah   yang diikat oleh “tali Allah”, seperti
 yang menguasai wilayah agraris.   pedagang Arab di pelabuhan mereka.   kesatuan politik Abbasiah ambruk.   yang terjadi di pantai selatan anak-benua
 Dalam suasana inilah pula secara   Di saat inilah mereka, para pedagang   Namun begitu hanyalah wilayah   India, adalah tiga aspek pokok dari
 pelan dan berangsur-angsur penetrasi   Arab itu, terpaksa semakin aktif dalam   yang kini disebut India saja yang   proses Islamisasi di bumi Nusantara



 212  Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik   Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik   213
   220   221   222   223   224   225   226   227   228   229   230