Page 226 - Final Sejarah Islam Asia Tenggara Masa Klasik
P. 226
dan wilayah Asia Tenggara lainnya. apakah kenyataan empiris tentang sejarah kebudayaan Jawa. Dalam suatu tradisi adalah sesungguhnya suatu
Dari sudut pandangan kesejarahan sedemikian dalamnya pengaruh suasana pernyataan akademis yang kini telah seleksi kultural—ketika cita-cita
bisalah dikatakan bahwa ketiga aspek Hinduistik ini dapat dengan begitu saja dianggap klasik, karena demikian harus senantiasa berhadapan dengan
itu adalah unsur yang menumbuhkan dipakai sebagai alat untuk menerangkan tepatnya merumuskan pandangan kenyataan sosial-kultural dan di saat
berbagai pola tingkah laku dalam gejala kultural serta dinamika struktural para ilmuwan yang terpukau dengan hasrat kebebasan harus menemukan
bidang politik serta menjadi landasan sebagai landasan bagi terjadinya proses ide persambungan ini, van Leur modus vivendi dengan keharusan
16
bagi berbagai corak struktur dari Islamisasi ? mengatakan bahwa dalam masyarakat stuktural? Jadi tradisi dapat pula
pengaturan kekuasaan. Perbedaan dalam Jawa, Islam hanyalah “lapisan yang dilihat sebagai seperangkat nilai dan
dimensi keagamaan, yang menyangkut Salah satu kecenderungan akademis maha tipis” dari peradaban. Tetapi, sistem pengetahuan yang menentukan
pengetahuan akan doktrin, keterikatan yang paling menonjol di kalangan andaikan keterangan ini benar—sesuatu sifat dan corak komunitas kognitif,
pada aturan keagamaan, dan sebagainya generasi pertama ilmuwan kolonial yang harus diperdebatkan—apakah yaitu kelompok sosial yang diikat oleh
dari masing-masing komunistas ialah melihat datangnya Islam sebagai hal ini bisa menjelaskan terjadinya pengakuan yang sama terhadap apa
penganut serta perbedaan dalam tingkat “penyimpangan”—dan karena itu, perbedaan manifestasi Islam, sebagai yang dianggap sebagai pengetahuan
kekuatan keyakinan keagamaan (force) terputus—dari alur sejarah Indonesia kebudayaan dan agama, yang bercorak yang sah dan benar. Adalah tradisi
dan ruang lingkup pengaruh agama dan wilayah lain di Asia Tenggara. lokal dan komunitas dari masyarakat yang memberi kesadaran identitas
(scope) dalam kehidupan sosial dari Sedangkan ilmuwan generasi kedua Jawa secara keseluruhan ? serta rasa keterkaitan dengan sesuatu
12
berbagai ikatan sosial adalah hal yang lebih cenderung menekankan yang dianggap lebih awal. Dengan
17
lumrah. Tetapi bagaimanakah harus kontinuitas kultural yang terputus, Karena itulah sebuah perangkat analisis memakaikan istilah yang dimasyhurkan
dijelaskan keragaman ini dalam sejarah betapapun kesultanan Islam telah lain yang lebih strategis perlu juga oleh seorang ahli sejarah ilmu
pembentukan bangsa di wilayah Asia muncul dan kekuasaan Majapahit telah diusahakan. Barangkali penggunaan pengetahuan, Thomas Kuhn, maka
18
13
Tenggara? jatuh. Jika para arkaelog seperti Krom konsep “pembentukan tradisi” bisa tradisi, sebagaimana dipakai dalam
dan Stutterheim, bahkan juga Islamolog, dipertimbangkan untuk memenuhi tulisan ini, boleh juga disebut sebagai
Sudah jelas pendapat akademis seperti L.W.C. van den Berg, dan lain- maksud ini. Sebagai sesuatu yang “paradigma kultural”—suatu sistem
yang mengatakan bahwa Jawa telah lain melihat kejatuhan Majapahit sebagai diwarisi dari masa lampau tradisi tidak kesadaran yang memberi landasan
lebih jauh menyelam dalam proses awal dari “zaman baru” yang Islam (dan hanya berkaitan dengan landasan berfikir yang bercorak taken for granted
Hinduisasi, sebelum berpindah karena itu, kata van den Berg hukum legitimasi kekuasaan tetapi juga dengan yang umum diterima oleh komunitas
14
menjadi penganut Islam, mempunyai Islam-lah yang berlaku di kalangan sistem otoritas atau kewenangan sebagai kewajaran logis.
kesahihan empiris yang tinggi. Lihat pribumi), tidaklah demikian halnya dan—tentu saja—juga dengan masalah
saja peninggalan kebudayaan Hinduistik dengan pandangan akademis yang kepatutan dalam hubungan sosial. Sejarah adalah rekaman dan realitas
(termasuk Buddhisme) ini, seperti yang kemudian. Berg, Schrieke, bahkan juga Sebagai suatu konsep sejarah tradisi arena dialog yang terus-menerus antara
ditampakkan oleh candi-candi yang Drewes, serta para arkaelog pengikut dapat dipahami sebagai paradigma kenyataan internal—sesuatu yang
indah.yang sampai kini—meskipun mereka menekankan persambungan— kultural dalam melihat dan memberi berada dalam sistim kesadaran—dengan
15
dibantu oleh hasil rekonstruksi—masih kontinuitas—kultural yang tidak makna terhadap kenyataan empiris. kemungkinan penetrasi dari dinamika
memancing rasa kekaguman. Tetapi terputus-putus dalam dinamika Bukankah proses pembentukan eksternal. Sejarah adalah pula sebuah
214 Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik 215