Page 230 - Final Sejarah Islam Asia Tenggara Masa Klasik
P. 230

Abad XVII dapat dilihat sebagai         Suci itu tidak memiliki wewenang                            memberikan semua kehormatan kepada     laki-laki yang bisa diterima,kata naskah
            zaman peletakan landasan dari tradisi   keagamaan untuk melakukannya.                               Sultan, meskipun orang lain mungkin    dari awal abad XVII ini, perempuan
            hubungan penguasa dan ulama di                                                                      mempunyai andil juga.                  boleh dipilih sebagai ratu, sebab “Allah
            kerajaan-kerajaan maritim Melayu. Pada   Setelah menceritakan berbagai                                                                     tak menginginkan adanya fitnah bagi
            masa persaingan politik dan ekonomi     kemenangan Iskandar Muda, Bustanus-                         Sejarawan mungkin bisa menceritakan    hambaNya”.
                                                                                                                tentang terlibatnya Aceh dalam suasana
                                                    Salatin (Taman Raja-raja), menyatakan
            yang tajam di perairan Indonesia        bahwa :                                                     kebudayaan India Islam dan bahwa
            barat ini, para ulama, yang mungkin                                                                 banyak simbol kerajaan dengan jelas    Tetapi dengan begini, periode penguasa
            berdatangan dari wilayah lain dunia     “Dialah (Sultan Iskandar Muda) yang                         menunjukkan pengaruh budaya istana     yang relatif lemah dalam sistem yang
            Islam, tidak hanya menjadi penasehat    membuat masjid Baitur-Rahman dan                            Mughal, seperti yang ditunjukkan       memerlukan raja yang otoriter, tetapi
            atau bahkan pemberi legitimasi bagi     beberapa masjid pada tiap-tiap manzil                       oleh Brakel,  tetapi dalam kesadaran   adil, pun bermula pula.Secara berturut-
                                                                                                                          26
                                                                                                                                                       turut dari tahun 1641 sampai 1699 Aceh
            para penguasa, tetapi juga perantara    (negeri), ialah yang mengeraskan                            sejarah Aceh zaman Iskandar Muda                                    28
            dengan dunia luar. Di bawah bimbingan   agama Islam dan menyuruhkan rakyat                          adalah periode konsolidasi Aceh sebagai   diperintah oleh empat sultanah.  Dalam
            spiritual para ulama, para penguasa     sembahyang lima waktu dan puasa                             “serambi Mekah”. Pada masa itu pulalah   situasi bukan saja daerah kekuasaan
                                                                                                                                                       Aceh kembali ke perbatasan semula,
            dari pusat-pusat perdagangan maritim    Ramadhan dan puasa Sunnat dan                               diktum sakti “Hukum dan adat adalah    ketika Sultan Iskandar Muda naik tahta,
            melihat diri mereka sebagai bagian dari   mengenyahkan sekalian mereka itu                          ibarat kuku dan daging” dirumuskan.    politik Aceh sangat pula ditentukan oleh
            dunia kosmopolitan Islam. Persaingan    minum arak dan berjudi. 24                                  Dengan kata lain, “definisi kultural”   perimbangan kekuatan dari para Orang
            dan kompetisi politik mungkin tidak     Itulah “zaman keemasan Aceh”,                               tentang Aceh dinukilkan dalam periode   Kaya. Tetapi, sementara itu,kedudukan
            akan pernah berakhir, tetapi dunia      sebagaimana dilukiskan Nuruddin ar-                         ini. Definisi kultural inilah yang melihat   ulama sebagai pengesah dan
            kebudayaan merupakan sesuatu yang       Raniri, ulama yang paling berpengaruh                       Islam sebagai landasan kebudayaan      pembimbing raja, tetap bertahan. Hal
            dapat mereka pakai bersama. Karena itu,   di istana Sultan Iskandar Thani (1636–                    dan struktural politik dan yang        ini bahkan “disahkan” dalam Adat Aceh,
            dapat dipahami bahwa Aceh, Malaka,      1641), menantu dan pengganti maharaja                       menempatkan Sultan sebagai pusat pusat   yang mungkin bisa dianggap sebagai
            Minangkabau dan sebagainya mencari      Iskandar Muda. Snouck Hurgronje                             kekuasaan dan simbol negara. Dalam     risalah mengenai “ideologi Aceh” dari
            hubungan dunia mereka masing-           mungkin benar ketika menyatakan                             pemikiran ini ulama adalah pengesah    abad XVIII. 29
            masing dengan tokoh sejarah, yang       bahwa yang disebut “zaman keemasan”                         kekuasaan dan perumus realitas.
                                                                                                                                             27
            telah menjadi mitos di Dunia Timur,     Aceh hanya ada dalam dunia dongeng.                         Tetapi kematian Iskandar Thani         Ulama adalah ulama, betapapun besar
            Iskandar Zulkarnaen, raja “Makadunia”,   Tetapi di samping berbagai keberhasilan                    tanpa meninggalkan pewaris laki-laki   pengaruhnya. Usaha menjadikan ulama
            kata Sejarah Melayu. Tidak aneh juga bila   politik dan ekonomi,  kutipan di atas                   membuka kesempatan bagi para Orang     sebagai bagian dari struktur kekuasaan
                                                                       25
            kesultanan Sulu melacak asal usulnya    dengan jelas menunjuk pada suatu                            Kaya, yaitu elit politik dan ekonomi   hanya berakhir dengan hilangnya
            ke Minangkabau dan ke Palembang.        aspek dalam tradisi politik Aceh—raja                       yang saling bersaing untuk memilih     keulamaan. Ialah umpamanya yang
            Atau raja Banten minta pengesahan gelar   adalah pemegang monopoli inisiatif.                       ratu sebagai penguasa baru—sesuatu     terjadi dengan mukim, yang semula
            “sultan “ke Mekah—suatu langkah yang    Nuruddin ar-Raniri, ulama kepercayaan                       yang secara hipotetis dibicarakan      merupakan komunitas yang berpusat
            kemudian diikuti oleh raja Mataram—     dari pengganti Iskandar Muda,                               oleh Tajus-Salatin kini dihadapi dalam   pada masjid, sesuai dengan Mazhab
            meskipun mungkin penguasa di Tanah      tidak pernah ragu sedikit pun untuk                         realitas. Kalau tidak ada ahli waris   Syafei, kepala mukim mengalami



         218    Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik                                                                                           Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik   219
   225   226   227   228   229   230   231   232   233   234   235