Page 275 - Final Sejarah Islam Asia Tenggara Masa Klasik
P. 275
pusat penyebaran agama Islam. Bahkan, Mataram menaklukkan Batavia — agama”. Ia adalah, panembahan, penguasa Begitulah “sejarah” (dalam pengertian
138
jika perlu, Malaka pun bisa mencoba yang jelas Sultan Agung adalah raja lokal, yang telah menjadi susuhunan— empiris) dan “mitos” (sebagai sesuatu
menandingi kedudukan Pasai sebagai yang memulai proses institusionalisasi gelar yang selama ini dipakaikan bagi yang dianggap benar) saling memperkuat
pusat ilmu keagamaan Tarsila pun Islam ke dalam tradisi Jawa. Namun para wali—dan sultan, penguasa Muslim claim sang penguasa sebagai seorang
136
mengatakan bahwa organisasi pusat tidak hanya karena ini namanya diingat dari sebuah kemaharajaan. Dan, laporan yang “agung” atau “mahkota alam”
kekuasaan pertama, yang bercorak Babad Tanah Jawi. Ia pun diceritakan Belanda pun menceritakan betapa sang yang berbeda ialah corak “mitos” Sultan
supra-desa, diletakkan oleh Sharif mempunyai dua istana, yang pertama sultan memaksa tawanan Belanda untuk Agung adalah wakil dari pemikiran
Kabungsuan, seorang maulana, penyebar di Laut Selatan dan yang kedua di Kota masuk Islam. 141 sufistik yang “kejawen”, maka Iskandar
Islam. Bukan itu saja ia pun juga seorang Gede. Istana Laut Selatan—suatu yang Muda digambarkan oleh seorang ulama
keturunan Nabi. Demikian juga Sulu. mitologis—adalah tempat tinggalnya Beaulieu, laksamana Prancis, dan saksi yang menentang pemikiran monistik
Landasan tradisi kerajaan diletakkan bersama Nyai Loro Kidul pasangan mata orang Eropa lainnya terpaksa yang “wujudiyah”. Akibat perbedaan
oleh Raja Baginda, yang datang dari abadi raja-raja Mataram. Sedangkan geieng-geleng kepala melihat kekerasan ini, terpantul jelas dalam pembentukan
Minangkabau. Hal ini diperkuat oleh yang di Kota Gede—sesuatu yang ril— yang dilakukan oleh Iskandar Muda tradisi politik.
menantunya, Sayyid Abu Bakar, seorang menurut pengamatan historis pelapor (1607-1636) terhadap siapa pun yang 142
muballigh. Ialah yang menjadi raja Sulu Belanda, “besar dan terbuka”. Babad ini mencoba menentang kekuasaannya Abad XVII memang merupakan zaman
139
yang pertama. Jadi kesultanan Sulu tak juga menceritakan bahwa baginda sering tetapi bagi Nuruddin ar-Raniri, penulis dari munculnya raja-raja teladan—
bisa dipisahkan dari hubungan antara shalat di Masjidil Haram di Mekkah. Bustanus-Salatin, sultan ini tak kurang berani, adil, dan bijaksana. Mereka pun
Sulu (sebagai “pemberi” wanita) dengan Babad Nitik Sultan Agung mengatakan daripada seorang pembela agama, dan selalu pula dikenang dalam ingatan
dunia Melayu lain (Raja Baginda) dan bahwa raja besar ini mengalahkan yang menegakkan hukum dan moral kolektif dan tradisi sebagai pembela dan
pusat Islam (Abu Bakar, yang juga Minangkabau dan Palembang dengan agama. Penaklukan-penaklukan yang pejuang agama. Meskipun kalah, mereka
keturunan Nabi). 137 dilakukannya pun bukan pula karena tetap dikenang demikian. Begitulah
memakaikan kekuatan gaib dan dorongan kekuasaan, tetapi terjadi atas sikap terhadap Sultan Hasanuddin dari
Meskipun mempunyai landasan mengislamkan kedua keluarga kerajaan “iradah Allah” atas nasib manusia Gowa, seorang “ayam jantan dari timur”
143
140
keabsahan kekuasaan yang berbeda- itu. Memang ini semua adalah hal- Iskandar Muda menurut Adat Aceh (dari (ungkapan Speelman yang kini dipakai
beda pusat-pusat kekuasaan Islam di hal yang tidak bisa dilihat dengan abad XVIII) adalah peletak dasar dari sebagai simbol kabupaten Gowa).
Asia Tenggara mempunyai beberapa kacamata sejarah, tetapi mitos akan hukum yang berlaku di Aceh. Ialah Demikian pula halnya dengan Sultan
144
persamaan yang penting. Semua raja-raja membuyar begitu saja; tanpa adanya yang menggabungkan beberapa gampong Ageng Tirtayasa (1651-1683) yang harus
besar mereka diingat dan dilukiskan suatu suasana historisitas mendukung (kampung) menjadi sebuah mukim, yang menghadapi serangan V.O.C., yang telah
sebagai penakluk dan pemersatu mitos ini. Maka memang Sultan Agung berpusat pada sebuah mesjid. Sesuai bersekongkol dengan putra mahkota.
kerajaan, pembela agama, dan pemegang bukan saja meluaskan kerajaan Mataram, dengan hukum fikh Syafei sebuah Atau Sultan Baab Ullah (1570-1583) dari
monopoli kekuasaan serta otoritas dengan mengalahkan pusat-pusat politik mesjid barulah dibenarkan berdiri jika Ternate, yang meskipun sebentar, tetapi
tertinggi keagamaan. Apapun motffnya dan perdagangan di pasisir, Ia pun telah mempunyai empat puluh orang dapat membalas penghianatan Portugis
(sesuatu yang dicurigai oleh Berg, menjadikan dirinya sebagai Khalifatullah jamaah. Jadi, organisasi sosial kerajaan yang telah membunuh ayahnya, Sultan
sebagai akibat kekalahan yang penguasa Sahidin Panatagama, wakil Allah pengatur disesuaikan dengan keharusan ibadat. Khairun (1570).
262 Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik 263

