Page 115 - Final Sejarah Wilayah Perbatasan
P. 115
Gambar 26. Pelabuhan Sedanau (Kini)
Sumber : Foto Dedi Yudia (2018)
Sementara itu, cengkih Natuna pada era 1920—1934 masih ditanam dalam jumlah
kecil. Bibitnya pun didatangkan dari Singapura dan hanya untuk konsumsi lokal
demikian juga dengan tanaman rempah lainnya seperti lada. Cengkih Natuna baru
berkembang di era tahun 1970-an dan mencapai puncaknya pada tahun 1980-an.
Selain kopra dan cengkih, Vleer juga menyebutkan bahwa Pulau Tujuh termasuk
Natuna juga merupakan penghasil karet (Vleer, 1935:29). Disebutkan bahwa karet
mulai ditanam di daerah ini pada sekitar tahun 1910. Hasil karet ini memuncak pada
tahun 1924 hingga 1925. Namun, harga karet dunia yang relatif rendah menyebabkan
tanaman karet kurang menarik secara ekonomi bagi masyarakat Natuna. Vleer (1935)
juga menyebutkan bahwa ekspor karet yang berasal dari daerah di luar Pulau Tujuh,
yaitu Karimun, Lingga, dan Tanjungpinang harus diekspor melalui Pulau Sambu di
seberang Singapura. Sementara itu, karet dari wilayah Pulau Tujuh diekspor melalui
pelabuhan di Tarempa.
Dalam perkembangannya, aktivitas perdagangan dengan Cina, Siam, dan Campa pada
abad abad ke 14—16 seperti tersebut di atas berlanjut hingga abad ke-19. Bahkan,
sejak dibangunnya Pelabuhan Singapura pada tahun 1819, jalur perdagangan dari
Cina harus melalui Singapura kemudian ke wilayah Pulau Tujuh, termasuk Natuna.
Dari Pulau Tujuh kemudian berlanjut ke Johor dan Serawak (Wiwik, 2018: 45). Jalur
perdagangan ini berlanjut hingga abad ke-20.
98 Sejarah Wilayah Perbatasan Kepulauan Natuna