Page 119 - Final Sejarah Wilayah Perbatasan
P. 119

rute pelayaran angkatan laut internasional. Dalam kaitannya dengan lokasinya yang
                            sangat  strategis,  LCS  terutama  Laut  Natuna  menjadi  sasaran  klaim  dari  beberapa
                            negara yang berbatasan dengan wilayah itu. Bahkan, pada 2002 negara-negara yang
                            tergabung dalam ASEAN, termasuk Indonesia, telah melakukan perundingan dengan
                            Tiongkok dan  telah  menandatangani  deklarasi  tentang pemanfaatan  LCS  dengan
                            tujuan damai, bersahabat, dan harmonis. Namun, hingga kini masih saja terjadi klaim
                            yang dilontarkan oleh negara-negara yang berada di LCS. Sementara itu,  keberadaan
                            Indonesia yang memiliki banyak pulau yang berada di Laut Natuna yang terletak di
                            selatan  LCS, hanya dapat dijelaskan melalui telaah kesejarahan.

                            Sejarah Kesultanan Riau Lingga

                            Terdapat  beberapa  dugaan  tentang  asal-usul  nama  Riau.  Dugaan  pertama,  nama
                            ini berasal dari kata Portugis Rio  yang berarti ‘sungai’ yang digunakan oleh para
                            pelaut Portugis untuk Selat Malaka di daratan dekat muara Sungai Moar, tepatnya
                            di  sebelah  selatan  Malaka.  Selama  orang  Portugis  menjalankan  pemerintahannya
                            di Malaka, Raja Muda atau wakil Sultan (Perdana Menteri) Johor tinggal di wilayah
                            itu. Raja Muda Johor ini, yang kemudian tinggal di Pulau Bintan, telah memberikan
                            nama bekas tempat kedudukannya di sana. Namun, nama itu kemudian diberikan
                            untuk menyebut seluruh bagian utara Kepulauan Lingga. Kemudian, dugaan kedua
                            menyebutkan bahwa  nama Riau sebagai pengacauan dari kata Melayu “riuh” yang
                            menurut William Marsden dan Roorda van Eysinga berarti ’membuat keramaian,
                            mengeluarkan suara keras, meriah, bergemuruh’. Menurut bahasa Melayu, kata riyuh
                            juga digunakan untuk menunjukkan dinamika suatu kota dagang.

                            Sulit untuk menilai mana dari keduanya yang benar. Akan tetapi, diduga sangat tidak
                            mungkin bila orang Melayu yang sangat memusuhi orang Portugis  menggunakan
                            nama yang berasal dari bahasa mereka untuk diberikan pada salah satu nama tempat
                            (E. Netscher  1854. “Beschrijving van  een  Gedeelte der  Residentie  Riouw”  dalam
                            Tijdschrift voor Indische Taal, Land en Volkenkunde,  jilid 2, hlm. 108—110). Riau atau
                            yang dikenal dengan nama “Riau Lama” yang ditemukan peninggalannya di Bintan,
                            dihuni oleh orang-orang Melayu dari Moar sebelum kedatangan orang Portugis dan
                            saat itu pasti sudah menggunakan nama itu. Ketika orang mempertimbangkan untuk
                            meninggalkan Riau Lama, baik karena  perompakan yang dilakukan secara  besar-
                            besaran di sana oleh suku Ilanon dan rayat yang berasal dari Zulu,  maupun karena
                            produk pulau-pulau di sekitarnya yang dahulu merupakan pusat perdagangan yang
                            ramai,  dugaan kedua dirasakan lebih wajar dan sangat sesuai dengan sifat orang
                            Melayu.

                            Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa  kemunculan Riau jauh lebih  dahulu
                            daripada penaklukan Malaka oleh orang Portugis. Jika bertolak dari risalah Melayu,
                            seperti  yang dikutip oleh  E. Netscher, yang berjudul  Hikayat Johor, diceritakan
                            bahwa pada 1083 Hijriah atau 1672 tahun Masehi,   Sultan Abdul Jalil Syah Sultan
                            Pahang mengirimkan Laksamana Tan Abdul Jamal ke Pulau Bintan. Laksamana Tan



              102                                              Sejarah Wilayah Perbatasan  Kepulauan Natuna
   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123   124