Page 123 - Final Sejarah Wilayah Perbatasan
P. 123
dua gunung yang menjulang dan dua puncaknya sangat terkenal disebut Ezelsooren.
Ada gunung lain yang tidak begitu tinggi bernama Gunung Sepincang. Di Pulau
Natuna Besar terletak Gunung Ranai yang oleh Laplace dihitung setinggi 3.570 kaki.
Puncak tertinggi Kepulauan Karimun menjulang sampai 2.000 kaki. Data ini bisa
dilihat dalam laporan Letnan Laut H.D.A. Smits. Dari semua gunung yang berada di
Kepulauan Riau tidak dijumpai sama sekali gunung berapi (E. Netscher, 1854).
Sungai-sungai besar tidak dijumpai di pulau-pulau kecil ini yang termasuk dalam
Kepulauan Riau. Sungai terbesar dijumpai di Pulau Lingga. Sungai di pulau ini tidak
dapat dilayari, mengalir ke utara memotong pulau ini dan sungai lain yang tidak
begitu besar. Sungai ini dinamai Sungai Dai mengalir ke selatan menuju kampung
Kwala Dai yang akhirnya menuju ke laut. Di Pantai Timur Sumatra terdapat empat
sungai utama yang bisa dilayari dengan Siak dan Indragiri sebagai daerah utama dan
sejumlah cabang lain yang muncul sebelum akhirnya menuju ke laut.
Sudah tentu bahwa suatu kepulauan yang terdiri atas banyak pulau, seperti Riau juga
memiliki banyak selat dan terusan. Dari selat dan terusan yang ada di Riau, yang
paling penting adalah Selat Singapura, Selat Riau, dan Selat Duri dan yang terakhir
adalah Selat Bulang yang memisahkan Pulau Karimun. Selat ini kadang-kadang
digunakan sebagai jalur terobosan oleh kapal-kapal yang berlayar dari Singapura ke
selatan. Selanjutnya, Selat Ayer Hitam memisahkan Kepulauan Karimata dari daratan
Sumatra, Selat Abang. Suatu batas pulau-pulau yang menghubungkan Kepulauan
Lingga dengan Pulau Galang di utara digunakan oleh perahu-perahu yang berlayar
dari Riau atau Singapura ke Lingga dan Indragiri atau tempat-tempat lain di Pantai
Timur Sumatra. Selain selat dan terusan tersebut, yang tidak kalah pentingnya adalah
Selat Daisie antara Pulau Panubu dan Lingga, antara Pulau Lingga dan Singkep.
Keadaan Penduduk
Di antara orang bumiputra banyak yang terkena penyakit kulit yang diduga
disebabkan oleh faktor makanan dengan ikan sebagai menu utamanya. Sementara itu,
cacar anak juga melanda wilayah itu. Yang menjadi korban adalah ratusan anak dan
orang dewasa. Pada Agustus—September 1849, di Pulau Penyengat sebagai tempat
kedudukan Raja Muda Riau, muncul epidemi cacar memakan korban antara 350 dan
400 orang meninggal. Rata-rata antara 6 dan 7 anak meninggal setiap hari karena
epidemi itu. Epidemi ini berhasil ditumpas berkat vaksinasi yang didukung oleh Raja
Muda Riau (Anonim, “Het ontginnen van tinmijnen op het eiland Biliton” dalam
Tijdschrift voor Nederlandsch Indie, tahun 1852, No. 6, hlm. 341—344).
Rendahnya penyakit yang dialami oleh orang Eropa di Riau adalah karena sehatnya
iklim di wilayah itu. Di antara orang bumiputra dijumpai beberapa orang yang sudah
sangat tua. Pada 1849 di Pulau Penyengat, Ratu Tengku Putri yang berusia 83 tahun
dan Tengku Besar yang berusia 102 tahun wafat. Hanya tinggal Tengku Haji Ahmad,
saudara tiri ratu yang berusia 78 tahun dan janda dari Raja Jafar Raja Muda Riau yang
106 Sejarah Wilayah Perbatasan Kepulauan Natuna