Page 121 - Final Sejarah Wilayah Perbatasan
P. 121

Pulau-pulau yang termasuk wilayah Lingga terbagi dalam daerah berikut ini yang
                            dengan kehadiran bangsa Belanda, mereka  membaginya dalam afdeeling tersendiri
                            seperti berikut:
                               a. Lingga dan pulau-pulau sekitarnya;
                               b. Kepulauan antara Selat Riau, Durai atau Dariun, Singapura atau Abang;
                               c. Kelompok Bintan;
                               d. Kepulauan Anambas;
                               e. Kepulauan Natuna Besar;
                               f.  Kepulauan Natuna Utara;
                               g. Kepulauan Natuna Selatan;
                               h. Kepulauan Perompak;
                               i.  Kepulauan Tambelan;
                               j.  bagian pantai timur Sumatra dan pulau-pulau sekitarnya menjadi Kesultanan
                                  Lingga. (E.Netscher. 1854.  “Berschrijving van een Gedeelte der Residentie
                                  Riuw” dalam Tijdschrift voor Indische Taal, Land en Volkenkunde, Jilid 2, hlm.
                                  111).

                            Wilayah    ini  selanjutnya  dibagi  dalam bagian  yang  langsung  berada  di  bawah
                            pemerintahan Hindia  Belanda  dan yang pemerintahannya diserahkan kepada
                            penguasa bumiputra melalui kontrak.


                            Daerah  pemerintah  langsung adalah  bagian  Pulau Bintan  yang disebut Tanjung
                            Pinang  diperintah oleh Raja Muda Raja Jafar sebagai wakil Sultan Lingga melalui
                            kontrak  dengan  Residen  Riau Koningsdorfer  pada    19 Februari  1821. Pulau ini
                            memiliki panjang 1 mil Jerman dan lebar ½ mil dan mencakup lahan antara Benteng
                            Kroonprins, Selat Mof atau Selat Ayu, Sungai Dompo, Simpang, Polui, dan Terusan
                            Riau yang terletak di Pulau Bayam. Pulau Loos, yang tidak berpenghuni pada Januari
                            1829 diserahkan kepada yayasan zending yang berpusat di Rotterdam yang kemudian
                            mengelolanya. Seluruh luas tanah ini ditafsirkan 92,4 mil persegi menurut laporan
                            Letnan  Laut  Baron  P.  Melvill  van  Carnbee  (D.G.  Stibbe  en  H.J.  De  Graaff.  1919.
                            “Roouw en Onderhorigheden”, dalam Encyclopaedie voor Nederlandsch Indie, 1869,
                            hlm. 447—448).

                            Kondisi Geografis Riau Lingga


                            Luas  tanah  itu  hanyalah  perkiraan  karena  belum pernah  dilakukan  pengukuran
                            secara cermat. Apa yang dilakukan oleh E. Netscher hanya meneliti kondisi tanah
                            pemerintah (gouvernement gronden)  di Tanjung Pinang yang berupa tanah liat kuning
                            yang bercampur dengan batuan keras, tajam, dan mengandung besi yang membuat
                            sebagian besar tanah itu tidak cocok untuk dijadikan lahan pertanian. Hanya beberapa
                            tanah rawa di Terusan Riau saja yang dapat digunakan sebagai lahan pertanian.

                            Di  Pulau  Sembulang,  Rempang,  dan  Galang  warna  tanahnya  kekuning-kuningan,
                            tetapi  kualitas  tanahnya  lebih  baik dan tidak bercampur dengan batu. Di Pulau
                            Penyengat (yang juga dikenal dengan Pulau Mars) warna tanahnya kemerahan dan


              104                                              Sejarah Wilayah Perbatasan  Kepulauan Natuna
   116   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126