Page 112 - Final Sejarah Wilayah Perbatasan
P. 112

pemimpin lanun yang bernama Panglima Hujan. Pulau Bunguran bahkan dikisahkan
                 sebagai pangkalan orang laut untuk membasmi bajak laut. Berikut kisahnya.

                      Langkah selanjutnya dalam mengatasi Bajak laut, orang Kaya Wan Rawa pergi
                      ke  Lingga  Riau untuk meminta  bantuan  Sultan  Riau membasmi  bajak  laut
                      di perairan Bunguran itu. Dalam perjalanan ke Lingga Riau beliau bertemu
                      dengan perahu lanun Riau yang mencari musuhnya di laut. Semula perahu
                      orang Kaya Wan Rawa hendak diserang lanun-lanun Riau itu, tetapi setelah
                      mengetahui maksud dan tujuan orang Kaya Wan Rawa untuk minta bantuan
                      pada  Sultan  Lingga  Riau  dalam  pembasmian  bajak  laut  Sulu  Mindanau
                      (Philipina) maka Panglima Hujan, pemimpin lanun Riau tersebut menyatakan
                      kesediaannya untuk membantu Orang Kaya Wan Rawa.

                      Panglima Hujan yang berkekuatan tiga perahu Lelayang dan 25 anak buah
                      yang setia berpangkalan di penghujung pulau Bintan, merupakan sekutu bajak
                      laut Maharaja  Seri  Wangsa  yang berpangkalan di Kuala  Serawak.  Sebelum
                      berangkat menuju ke  Bunguran  untuk membantu Orang Kaya  Wan  Rawa
                      untuk  membasmi bajak laut di sekitar Pulau Bunguran, Panglima  Hujan
                      singgah dahulu di Kuala Serawak dan kemudian baru menuju ke Bunguran.

                      Setelah dua tiga hari belayar dari Kuala Serawak dan hampir mendekati Pulau
                      Bunguran, tiba-tiba ketiga perahu Lelayang Panglima Hujan di kepung oleh
                      Wangkang-Wangkang (sejenis perahu) Cina Rawai, dan dihujani oleh mereka
                      dengan  peluru merian  secara  terus menerus.  Kemudian  Wangkang Cina
                      Rawai yang berkekuatan 45 buah tersebut menyerbu perahu-perahu Lelayang
                      Panglima Hujan yang berjumlah tiga buah lalu berperang dengan tiada tau
                      siapa lawan dan kawan lagi.


                      Panglima  Hujan terluka parah  dan tidak sadarkan diri,  perahu-perahunya
                      dengan  layarnya  terkoyak-koyak  dan  tali  temali  yang  telah  putus-putus
                      ditemukan  oleh  Indera  Jaya  (anak  Bangsawan  Riau) yang menjadi  kepala
                      Perompak dari  Kuala  Serawak  anak buah  Maha  Raja  Seri  Wangsa  sekutu
                      dari Panglima Hujan. Dalam keadaan sekarat Panglima Hujan masih sempat
                      berpesan  kepada  Indra  Jaya  jika  ia  menghembus  napas  terakhir  minta  di
                      kuburkan di Pulau Sedanau. Di Tanjung bukit Pulau Sedanau dapat ditemukan
                      makam itu sebagai bukti sejarah masa lalu. Setelah acara pemakaman selesai
                      maka bertolaklah Indra Jaya itu meneruskan pelayarannya kembali.
                      Pada kesempatan lain setelah mendengar tentang kematian Panglima Hujan
                      itu  maka  berdatanganlah  lanun-lanun  Riau  ke  perairan  Pulau  Bunguran
                      dengan maksud membasmi bajak laut yang berada di sana. Pulau Bunguran
                      merupakan pangkalan mereka untuk menyerang musuhnya.  Selain itu, kapal-
                      kapal dagang yang melewati perairan Bunguran (Natuna) juga di ganggu.


                 Sementara  itu,  Wibisono  (2018) menyebutkan  bahwa  pada  abad  ke-18, jumlah
                 total  untuk dua  abad  operasi  VOC,  untuk perputaran  perdagangan,  pengiriman,
                 dan personel,  sangat mengesankan.  Meskipun pendapatannya makin  berkurang,
                 bisnis ini berada pada skala yang jauh lebih besar, misalnya, total VOC melayarkan
                 sekitar 4.700 kapal, hampir 1.700  pada  abad ke-17  dan 3.000 pada abad  ke-18 .
                 Antara tahun 1602, dan 1700, 317.000 orang berlayar dari Eropa ke kapal-kapal ini,



                 Mutiara di Ujung Utara                                                           95
   107   108   109   110   111   112   113   114   115   116   117