Page 130 - Final Sejarah Wilayah Perbatasan
P. 130
raja-raja itu, empat raja pertama memerintah di Singapura yang kotanya didirikan
oleh Sri Tribuwana. Sepuluh raja berikutnya memerintah di Malaka yang didirikan
oleh Sri Iskandar Syah setelah penaklukkan Singapura oleh seorang raja Jawa pada
1252 (A.L. van Hasselt dan HJEF Schartz, 1898).
Pada 1511 di bawah raja ke-14 Sultan Ahmad Syah II, Malaka ditaklukkan oleh orang
Portugis dan raja diusir yang selama beberapa saat tinggal di Pahang dan setelah itu
tinggal di Bintan. Penggantinya yang juga tinggal di Bintan diusir oleh orang Portugis
dari sana dan menyeberang ke Kampar. Raja ke-16, Sultan Alaidin Syah II mendirikan
kerajaan Johor sehingga delapan sultan berikutnya tinggal di sana meskipun empat
yang terakhir juga tinggal di Bintan.
Empat sultan berikutnya juga tinggal di Bintan dengan perkecualian yang terakhir,
Sultan Mahmud Syah III yang mendirikan Lingga dan kemudian selalu tinggal di
sana diikuti oleh tiga orang penggantinya. Jadi, dalam periode 690 tahun, 31 orang
raja menjalankan pemerintahan atas kerajaan Melayu ini yang kebesarannya kini
tidak terlihat lagi. Bagian-bagian ini telah tercerai-berai dan kemudian berada di
bawah raja-raja kecil yang tunduk pada kekuasaan para penakluk Eropa sehingga
Sultan Lingga yang meminjam tanah dari pemerintah Belanda hanya menjalankan
kekuasaan sangat kecil dan sebagian besar dari kerajaannya tunduk kepada hukum
Eropa.
Menurut adat, sultan juga berhak menguasai seluruh tanah yang ada di wilayahnya.
Akan tetapi, dalam Pasal 5 pada kontrak yang dibuat pada 1830 hak yang ada pada
sultan dicabut dan ditambahkan larangan untuk melepaskan tanah-tanah itu kepada
orang asing tanpa persetujuan pemerintah Hindia Belanda, baik seluruh kerajaan
maupun sebagian karena dalam Pasal 3 kontrak yang sama dia hanya menerima
Kerajaan Lingga dan sekitarnya sebagai pinjaman dari pemerintah Hindia Belanda.
Setelah diberlakukannya kontrak itu, gelar dan nama sultan adalah Yang Dipertuan
Besar Sultan Mahmud Mudafar Syah, Ibnul Marhum Sultan Mahmud Syah. Raja Muda
Riau adalah perdana menteri Kerajaan Lingga dan wakil sultan pada residen Riau.
Menurut Pasal 7, pada kontrak tahun 1830, dia selalu dipilih dari keturunan putri Bugis
dan sejauh mungkin dari keturunan Raja Muda Raja Jafar yang ketentuannya hanya
bisa dilanggar dalam situasi darurat. Dengan wafatnya Raja Muda, diusulkan seorang
pengganti,tetapi baru bisa diangkat setelah pemerintah memberikan persetujuannya
(Anonim, 1855. “De Karimoen Eilanden”, dalam Tijdschrift voor Nederlandsch Indie,
tahun 1855, hlm. 242—244 .
Mutiara di Ujung Utara 113