Page 135 - Final Sejarah Wilayah Perbatasan
P. 135

untuk berunding dengan residen, baik menyangkut pengangkatan Raja Muda baru
                            maupun merancang tindakan lain untuk mengusir perompak laut.

                            Hasil perundingan ini adalah putra sulung almarhum Raja Muda Raja Jafar, yakni
                            Tengku Abdul Rahman dipilih  menjadi  penggantinya  dan sesuai  dengan  Pasal  7
                            dari kontrak tanggal 29 Oktober 1830 yang mengusulkan kepada pemerintah untuk
                            disahkan. Namun, pada tanggal 9 Agustus pada  tahun yang sama Sultan Riau Lingga,
                            Abdul Rahman Syah, meninggal dunia dalam usia 55 atau dan digantikan oleh putra
                            sulungnya, yakni Tengku Mohamad.

                            Masalah  Perompakan


                            Meskipun ada ketentuan dan ikatan dari pihak sultan untuk mencegah perompakan
                            laut oleh sebagian kecil orang Lingga, ancaman perdagangan laut ini dalam waktu
                            dekat meningkat pesat. Pada akhir tahun 1833 suatu ekspedisi yang terdiri atas 50
                            perahu sultan dan tiga kapal jelajah pemerintah berangkat untuk melawan perompak
                            yang berada di pantai Indragiri. Akibatnya, semua perahu perompak yang berada di
                            sana dihancurkan dan delapan orang panglima ditangkap. Tiga dari delapan panglima
                            itu dihukum mati di Lingga dan sisanya dibuang ke Jawa.

                            Tindakan ini tidak mampu melenyapkan ancaman perompakan. Diam-diam orang
                            yang dibuang ke Jawa, direkrut kembali dari pantai Jawa. Mereka berhasil memperoleh
                            kembali kebebasannya dan kembali melakukan aksi perompakan besar-besaran yang
                            dibantu oleh bangsawan Sultan Lingga. Sebagai akibatnya, pada Juni 1835 Kapten Laut
                            Koopman dengan kapal perang pemerintah Diana dikirim ke Riau untuk berangkat
                            bersama residen guna  menunjukkan kepada sultan kekuatan pemerintah sekaligus
                            memberikan  peringatan  atas  perilakunya.  Sultan  diingatkan  untuk mengambil
                            tindakan tegas dalam mencegah perompakan di wilayahnya.

                            Atas  tekanan yang diberikan kepadanya, sultan memberitahukan bahwa  dia  tidak
                            memiliki sarana untuk memenuhi keinginan pemerintah untuk memberantas kaum
                            perompak. Justru untuk inilah Sultan meminta bantuan dari pemerintah Belanda.
                            Pada April 1836 diputuskan untuk mengirimkan Mayor ajudan D.H. Kolff bersama
                            Residen Riau ke Lingga untuk mengusulkan beberapa ketentuan kepada sultan agar
                            lebih  mudah  mengawasi  pelayaran  warganya  (Anonim,  “De  Karimoen  Eilanden”
                            dalam Tijdschrift voor Nederlandsch Indie, tahun 1855, hlm. 253—254).

                            Oleh komisi ini suatu kesepakatan dibuat bersama Raja Muda sebagai kuasa sultan
                            yang menetapkan hal sebagai berikut. :

                            1. Semua perahu milik Kerajaan Riau dan Lingga yang akan berlayar ke laut  untuk
                              berdagang atau menangkap teripang dan menyadap karet harus dilengkapi dengan
                              surat izin menurut model yang diterbitkan oleh residen. Surat izin ini setiap tahun
                              bisa diperpanjang secara gratis seperti halnya nelayan yang akan berlayar ke selatan
                              untuk menangkap ikan dan menyadap karet. Surat izin ini harus memuat



              118                                              Sejarah Wilayah Perbatasan  Kepulauan Natuna
   130   131   132   133   134   135   136   137   138   139   140