Page 139 - Final Sejarah Wilayah Perbatasan
P. 139

buru menjatuhkan pilihan tentang pengganti  dengan susah  payah  membuat
                            keputusan. Raja Muda ini dikelilingi oleh beberapa penasihat jahat yang ingin melihat
                            keturunan  Bugis  itu punah.  Akan  tetapi,  karena  tidak  berhasil,  dia  memutuskan
                            untuk menjatuhkan pilihannya pada adik Raja Muda  Raja Ali yang pada April 1845
                            jabatannya dikukuhkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Sejak almarhum Raja Abdul
                            Rahman, Raja Ali bersama saudaranya Raja Abdullah menjalankan pemerintahan di
                            wilayahnya.

                            Sejak itu, di kerajaan Riau Lingga tidak ada lagi peristiwa politik penting yang terjadi.
                            Penduduk hidup tenang seperti  diharapkan oleh  kalangan masyarakat Eropa  dan
                            Cina. Keresidenan ini menjadi wilayah yang indah bahkan bisa menjadi wilayah yang
                            paling indah di Hindia Belanda melalui industri dan semangat usaha Eropa.


                            Pada  1857 saat Sultan Suleiman mulai berkuasa telah dibuat kontrak baru. Kontrak
                            ini dibuat pada  1 Desember 1857 yang tetap menjadi dasar hubungan pemerintah
                            kolonial   dengan  kerajaan  itu meskipun beberapa  perubahan  dilakukan  dengan
                            beberapa  kontrak kemudian. Sultan Suleiman adalah  Sultan  Riau pertama yang
                            mengunjungi Batavia dan oleh residen saat itu digambarkan sebagai orang yang tidak
                            menolak memperbaiki kondisi di wilayah ini. Sultan  meminta agar seorang pejabat
                            pemerintah ditempatkan di Lingga. Ketika permohonan itu dikabulkan, dia merasa
                            senang.  Di  bawah  pimpinan  pejabat  ini,  pertanian  dan  sumber  penghasilan  lain
                            didorong dan sultan menunjukkan kerja sama yang baik dengan pemerintah kolonial
                            dalam melakukan perlawanan terhadap perompak laut yang masih berdiam di pantai
                            barat Laut Singkep dan pulau-pulau sekitarnya. Sultan berusaha mendorong mereka
                            untuk menekuni pertanian.

                            Karena Sultan Suleiman mencoba memperkuat posisinya dengan mencari dukungan
                            pemerintah,  dan  Raja  Muda Muhamad Yusuf sebaliknya,  karena  dihasut oleh
                            beberapa  kerabatnya  yang fanatik, ia  berusaha  keras  menjadi  penguasa  merdeka
                            terhadap sultan.  Hubungan antara keduanya sering tegang dan pemerintah bersusah
                            payah untuk mendorong Raja Muda agar menunjukkan bukti penghormatan kepada
                            sultan. Ia mencoba untuk menciptakan politik perpecahan antara Riau dan Lingga.
                            Tanpa memiliki keinginan  untuk mengikuti sultan dalam menjalin hubungan dengan
                            pemerintah Eropa, Raja Muda bukan hanya menjadi penguasa yang tidak mengambil
                            inisiatif untuk memperbaiki kondisi daerah dan rakyatnya,  melainkan selalu berusaha
                            sejauh mungkin menentang langkah ke arah itu. Hal ini berlangsung terus hingga
                            Sultan Suleiman wafat pada tahun 1883 tanpa meninggalkan keturunan dan orang
                            yang dianggap cocok untuk menggantikannya.

                            Dengan menyisihkan keturunan garis  lurus dari  putra  kedua Sultan Abdul Jalil
                            Syah, anak raja Singkep dan para pemegang hak lainnya, pada tahun 1884 walaupun
                            bertentangan terhadap adat dan kesepakatan antara orang Melayu dan Bugis, Kerajaan
                            Melayu itu diakhiri dengan pengangkatan seorang keturunan Bugis  sebagai sultan,
                            yakni putra sulung Raja Muda yang bergelar Abdul Rahman Maadhlam Syah pada
                            18 Februari 1885. Pengangkatan ini dianggap  menjadi penghinaan terhadap adat


              122                                              Sejarah Wilayah Perbatasan  Kepulauan Natuna
   134   135   136   137   138   139   140   141   142   143   144