Page 49 - Final Sejarah Wilayah Perbatasan
P. 49

yang memberikan naungan. Seperti disebut di atas, di dalam mitos asal-usul yang
                            dikisahkan dalam penurunan, Wan Empuk dan Wan Malini memang memberikan
                            naungan  bagi  tiga  pangeran  yang mereka  jumpai  di  Bukit Singuntang.  Selain  itu,
                            mereka menjadi kaya karena memanen padi yang telah diubah menjadi emas oleh
                            ketiga pangeran tersebut.


                                3.  Keturunan  Bintan  ”dimuliakan”  oleh  raja-raja  dengan  menganugerahkan
                                    hak-  hak istimewa seperti memasuki istana, hak memakai tetampan atau
                                    selempang berwarna kuning atau putih. Kuning dan putih dianggap sebagai
                                    warna kerajaan yang menjadi hak prerogatif orang bangsawan di zaman
                                    sultan;  kuning  adalah  warna  keturunan  raja  dan  keturunan  tengku,  dan
                                    putih adalah warna keturunan tuan said. Hak-hak istimewa tersebut terkait
                                    dalam konteks mitos asal-usul (Wee, 1985:30).

                                    (dikutip sesuai dengan aslinya).

                            .Berdasarkan  uraian  Kerajaan  Bintan  di  atas,  belum ada  sumber  tertulis  yang
                            menyebutkan peran Kepulauan Natuna pada  masa  Kerajaan Bintan, baik sebagai
                            wilayah  kekuasaan  maupun  kedudukannya.  Namun,  Kerajaan  Bintan  kemudian
                            menjadi  cikal  bakal  Kerajaan  Malaka  yang  Bunguran  menjadi  salah  satu  daerah
                            kekuasaannya.

                            Masa Kerajaan  Malaka (abad 14—15 )

                            Politik
                            Parameswara  menemukan Malaka sebagai  sebuah  kampung dan mengubahnya
                            menjadi  sebuah  bandar  dagang  terpenting  dan  pusat penyebaran  agama  Islam di
                            sekitar kawasan Selat Malaka. Setelah menganut agama Islam, Parameswara bergelar
                            Sultan Muhammad Iskandarsyah. Kata Malaka berasal dari bahasa Arab, yaitu Malakat
                            yang berarti ’perhimpunan segala pedagang’. Pelabuhan Malaka telah diatur dengan
                            baik dan menarik bagi pedagang-pedagang luar. Malaka menyediakan gudang bawah
                            tanah  untuk penyimpanan  barang-barang.  Sultan  Iskandarsyah  telah  mengadakan
                            hubungan baik dengan Cina. Ia telah enam kali mengirimkan utusan ke Cina (Adil,
                            1973:12). Demikian juga di masa Sultan selanjutnya, hubungan Malaka dengan China
                            makin baik. Hal itu terlihat dari adanya catatan utusan Malaka yang dikirim ke Cina,
                            1420, 1421, dan 1423.

                            Kebesaran Malaka sebagai pusat perdagangan dan pusat penyebaran agama
                            Islam dilanjutkan oleh sultan-sultan berikutnya. Salah satu sumber autentik  yang
                            menunjukkan kebesaran Malaka adalah Undang-undang Malaka yang diperkirakan
                            dibuat pada masa Pemerintahan Sultan Iskandarsyah, Sultan Muhammadiyah, dan
                            Sultan Muzaffarsyah (1400—1571).










              32                                               Sejarah Wilayah Perbatasan  Kepulauan Natuna
   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54