Page 54 - Final Sejarah Wilayah Perbatasan
P. 54
bertujuan supaya rakyat dapat mengetahui bahwa keberangkatan tandu yang disertai
oleh para pembesar itu adalah raja atau sultan yang sedang memerintah Melaka.
Gajah yang menjadi kendaraan di darat dan perahu yang menjadi kendaraan di air
juga menjadi simbol-simbol kebesaran raja. Apabila raja menaiki gajah, Laksamana
dan Tumenggung akan turut bersama-sama untuk mengawal keselamatan raja
dengan diiringi oleh paluan gendang nobat. Perahu raja juga harus berbeda dengan
perahu biasa. Hanya perahu yang dinaiki oleh raja dibenarkan mempunyai tingkap
berhadapan. Sebagian dari alat kebesaran raja dan alat kerajaan ini masih diwariskan
dan digunakan oleh raja-raja Melayu dalam sistem kerajaan.
Ada juga peralatan yang dikaitkan dengan pembentukan ”undang-undang” sekuler
negeri. Tujuannya ialah untuk membedakan antara hak raja dan hak yang dimiliki oleh
rakyat. Rakyat tidak boleh menggunakan peralatan tertentu dalam bentuk larangan
karena peralatan tersebut untuk kegunaan raja dan kerabatnya saja. Contohnya,
warna kuning adalah hak raja. Rakyat tidak dibenarkan untuk menggunakan kain
berwarna kuning untuk menyulam sapu tangan, tepi tabir, ulas bantal, tilam dan
sembarang ciptaan seni untuk perhiasan rumah. Rakyat hanya boleh menggunakan
kain tersebut untuk dibuat kain, baju, dan destar. Payung berwarna putih dikhususkan
untuk kegunaan raja saja. Payung kuning untuk anak raja. Hanya raja yang berhak
menggunakan rumah berperanjungan, bertiang gantung, dan rumah berperanginan.
Dalam adat istiadat pelantikan raja-raja, Bendahara dianugerahi persalinan untuk satu
set anugerah, yaitu baju, kain, destar, dan ikat pinggang oleh Sultan Lima. Sementara
itu, anak raja-raja kerabat hanya dianugerahi empat persalinan untuk setiap set.
Untuk menunjukkan sifat aristokrasi dan juga elite raja dan kerabatnya, rakyat tidak
dibenarkan untuk memakai penduk, teterapan keris, dan gelang kaki yang terbuat
dari emas karena raja dan kerabatnya saja yang berhak memakainya. Rakyat hanya
boleh memakainya bila mendapat anugerah dan izin dari raja.
Tome Pires mengatakan bahwa istana tempat tinggal raja dan kalangan kerabat
ialah di Bertam, bagian hulu dan pedalaman Melaka. Di sekitar lereng bukit yang
mengeliling kompleks adalah rumah para pembesar dan pegawai negeri. Di sekeliling
kaki bukit, terutama yang menghadap pantai dan Laut Melaka, terdiri atas kediaman
para hulubalang, prajurit, dan orang Laut Melaka.
Susunan permukiman seperti itu sangat strategis dan sesuai dengan keadaan masa itu.
Keselamatan raja dan para pembesar akan senantiasa terlindung dari segala ancaman
serangan. Jika serangan terjadi, raja dan pengikutnya dengan mudah bisa mundur ke
kawasan pedalaman arah ke hulu.
Mutiara di Ujung Utara 37