Page 50 - Final Sejarah Wilayah Perbatasan
P. 50

Menurut sumber  Portugis,  Malaka  merupakan  salah  satu bandar  dan  pusat
                 perdagangan terbesar di Asia. Di sana mereka bertemu dengan pedagang dari tanah
                 Arab, Persia, Gujarat, Benggala, Pegu, Siam, Cina, dan pedagang, nusantara, seperti
                 dari Sumatra, Jawa, Maluku, dan kepulauan kecil lainnya. Untuk menciptakan kondisi
                 yang baik bagi perdagangan itu,  Malaka perlu menjamin keamanan dan kestabilan.
                 Wajar apabila kemudian Malaka menjalankan ekspansi dan meluaskan pengaruhnya
                 ke Klang, Selangor, Perak, Bernam, Mangong, dan Bruas. Kemudian Kedah, Pulau
                 Bintan dan Kepulauan Riau  dihuni oleh bangsa Selat dan Orang Laut. Sebaliknya,
                 beberapa kerajaan di seberang Selat Malaka, seperti Aru, Kampar, Siak, dan Indragiri
                 terus melakukan perlawanan. Dengan menaklukkan Siak dan Indragiri, Malaka dapat
                 menguasai perdagangan lada dan emas dari Minangkabau.

                 Karena  perdagangan  di  Malaka  sangat  tergantung  pada  aliran  rempah-rempah,
                 hubungan antara Jawa dan Malaka sangat strategis tidak lain karena pada masa itu
                 perdagangan rempah-rempah dari Malaka dikuasai oleh pedagang-pedagang yang
                 datang dari jauh. Dalam mengatur kehidupan masyarakatnya  Kerajaan Malaka
                 menggunakan dua buah undang-undang, yaitu Hukum Kanun dan Undang-Undang
                 Laut Malaka. Hukum Kanun Malaka dikenal dengan nama Undang-Undang Darat
                 Malaka dan Risalah Hukun Kanun. Naskah salinannya terdiri atas  46 naskah yang
                 diberi judul berikut:
                  1.  Undang-Undang Malaka;
                  2.  Undang-Undang Negeri dan Pelayaran;
                  3.  Surat Undang-Undang;
                  4.  Kitab Undang-Undang;
                  5.  Undang-Undang Melayu;
                  6.  Undang-Undang Raja Malaka;
                  7.  Undang-Undang Sultan Mahmudsyah;
                  8.  Kitab Hukum Kanun;
                  9.  Surat Hukum Kanun.

                 Sementara itu,  Undang-Undang Laut Malaka dikenal juga sebagai adat pelayaran
                 Malaka, kitab peraturan pelayaran, dan hukum undang-undang laut (Hashim, 1990:
                 293). Hukum Kanun Malaka dan Undang-Undang Laut Malaka meliputi  bidang
                 yang luas, termasuk di dalamnya  berbagai peraturan hukum dan undang-undang
                 Islam, hukum dan peraturan berkeluarga,  pembesar negeri, hak-hak keistimewaan
                 raja, peraturan bertani dan berhuma, peraturan kontrak, peraturan berhamba, dan
                 tata  cara  perlembagaan.  Kedua  undang-undang  tersebut  mengatur  segala  aspek
                 kehidupan masyarakat sehingga terwujud suatu masyarakat yang teratur.

                 Secara  umum,  pemerintahan  dipegang  oleh  raja  yang  memerintah.  Sementara
                 itu,  sistem dan struktur pemerintahannya  terbagi  atas  pemerintah  pusat dan
                 pemerintahan  kerajaan-kerajaan  kecil  taklukannya.  Pemerintah  pusat mengawasi
                 jalannya pemerintahan kerajaan taklukannya,  di samping  melakukan tugas dalam
                 istana.



                 Mutiara di Ujung Utara                                                           33
   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55