Page 163 - Final Manuskrip Gedong Kirtya Jilid II
P. 163
Tempat penyimpanan: keropakan, asal:
salinan dari lontar milik I Gde Soebrata
dari Bandjar Sangging (Gianjar),
keadaan: baik, ukuran: 50,4 cm x 3,8
cm, ruang tulisan: 41,5 cm x 3,5 cm,
tebal: 46 lembar, jumlah halaman: 92
RINGKASAN ISI BABAD halaman, jumlah baris per halaman:
4 baris, aksara: Bali, cara penulisan:
Diceritakan bahwa asal usul dari Pulau Jawa dan Pulau Bali konon dari sehingga diibaratkan sebagai matahari dan dijuluki sebagai perwujudan digurat dari kiri ke kanan, bahan: daun
keberadaan seorang raja yang sakti dan sangat percaya diri bernama Raden Siwa Buddha. Beliau didampingi oleh seorang penasihat yang sudah 23. lontar, bahasa: Kawi, bentuk teks:
Kratanagari yang memerintah di wilayah Tumapel. Setelah menikah, raja lanjut usia bernama Mpu Raganatha. Penasihatnya tidak dapat ditandingi prosa, subjek: babad, umur: 87 tahun.
memiliki dua putri kembar yang anggun dan cantik sehingga dilaksanakan karena memiliki pengetahuan yang luas terutama tentang sabda sastra dan
sayembara untuk mendapatkan suami terbaik bagi kedua putri beliau. bijaksana. Di bagian akhir babad menceritakan tentang sepasang suami istri BABAD PIYAGEM PINATIH VA/5/818 Keterangan lain: pada lembar 1 recto
Mendengar kabar tersebut, Raden Wijaya bergegas menuju Tumapel untuk yang saling mencintai dan sama-sama memilih untuk mati bersama agar pada sisi kiri terdapat penanggalan 15-
menjadikan putri kembar raja sebagai istri. Dikisahkan bahwa Raden Wijaya cinta mereka tetap abadi. 8-’32, pada sisi kanan terdapat tulisan
adalah raja yang selalu bisa memberi penerangan kepada semua abdinya dengan huruf Latin yang ditulis dengan
pensil “Pyagĕm Pinatih, toeroenan
dari lontarnja I Gde Soebrata daro
Bandjar Sangging [Gianjar] ditoeroen
oleh I Ktoet Kadjeng dari Br Tegal
[Boeleleng]”.
Pengarang/penyalin: I Ktoet Kadjeng.
152 KHAZANAH MANUSKRIP SEJARAH KOLEKSI GEDONG KIRTYA KHAZANAH MANUSKRIP SEJARAH KOLEKSI GEDONG KIRTYA 153