Page 59 - BKSN 2021 (1)
P. 59

prasangka  buruk terhadap orang  Samaria  (Luk.  9:51-56;  10:29-37;  17:11-
            19) dan pemungut cukai (Luk. 15:1-2; 18:9-14; 19:1-10). Selain itu, penginjil
            Lukas juga memberikan tempat penting bagi kaum perempuan yang u-
            mumnya dipandang sebagai warga kelas dua dalam masyarakat patriarkat
            seperti masyarakat Yahudi pada zaman Yesus. Sejumlah kisah melibatkan
            tokoh perempuan (Luk. 1:26-66; 2:36-38; 7:11-17, 36-50; 8:1-3, 42-48; 10:38-
            42; 11:27-28; 21:1-4; 23:27-31; 23:55 – 24:11). Beberapa perempuan bahkan
            dikaitkan dengan sabda Allah. Maria, ibu Yesus, dipuji tiga kali karena
            kesetiaannya terhadap sabda Allah (Luk. 1:45; 8:21; 11:27-28). Sama halnya
            dengan itu, Maria, saudari Marta, dibenarkan dan dipuji Yesus karena
            keputusannya  untuk  mendengarkan  perkataan-perkataan-Nya  (Luk.
            10:39-42).
                    Injil Lukas juga menyoroti orang miskin secara khusus. Di sini,
            orang miskin mengacu terutama pada mereka yang berkekurangan secara
            ekonomi (meskipun arti miskin ini juga dapat dilihat dari perspektif lain,
            seperti kurang dihargai dan dihormati karena status sosial yang rendah).
            Dalam khotbah di awal tugas pelayanan-Nya, Yesus mengatakan bahwa
            salah satu tujuan pengutusan-Nya adalah “untuk menyampaikan kabar
            baik kepada orang-orang miskin” dan “untuk membebaskan orang-orang
            yang tertindas” (Luk. 4:18-19). Orang miskin dan tertindas adalah satu
            dan sama, sebab dalam Injil ini, kemiskinan dilihat sebagai dampak dari
            ketidakadilan dan akibat dari  penindasan.  Orang  miskin  memiliki  sa-
            ngat sedikit karena orang lain memiliki terlalu banyak. Karena itu, tidak
            mengherankan jika Injil Lukas kerap mengedepankan bahaya kekayaan.
            Dalam beberapa perumpamaan, misalnya, Yesus menggambarkan orang
            kaya sebagai orang bodoh yang berpikir bahwa hakikat hidup dapat dite-
            mukan dalam harta kekayaan (Luk. 12:16-21), atau lebih buruk lagi, se-
            bagai orang yang ditakdirkan untuk menderita secara kekal, sementara
            orang miskin memperoleh penghiburan (Luk. 16:19-31). Dalam hidup ini,
            mereka yang setia kepada Allah akan melepaskan diri mereka dari harta
            milik (Luk. 12:33; 14:33; 18:22) dan akan menjadi murah hati untuk mem-
            bantu orang miskin (Luk. 3:11; 14:13; 18:22; 19:8). Di kehidupan yang akan
            datang, orang miskin adalah mereka yang akan menerima berkat (Luk.
            6:20; 14:21; 16:22).
                    Singkatnya,  pembacaan  dan  pendalaman  akan  perumpamaan
            tentang orang Samaria yang baik hati sebaiknya perlu ditempatkan dalam
            teologi  Injil  Lukas:  Allah  selalu  memperhatikan  dan  menolong  orang
            yang menderita, serta akan mengangkatnya dari penderitaan tersebut.

                                                       Pertemuan Ketiga  57
   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64